Dari Kerupuk Tripang Kini Produksi Garam
Terkendala Modal dan Izin, Zulfikar Zain Perlu Dukungan Pemkab Simeulue

SINABANG | AcehNews.Net – Sukses mendapat piala penghargaan Adhikarya dari Presiden RI Joko Widodo, atas usaha kerupuk berbahan teripang dan sagu pada tahun 2015 lalu. Kini pria itu merintis usaha garam di daerah kelahirannya, Simeulue.

Dia adalah Zulfikar Zain Tisa (40) warga Desa Suka Jaya, Kecamatan Simeulue Timur. Bersama seorang abang kandungnya Iswan Edi (60). Mereka membuka usaha garam lokal di pesisir pantai wilayah Desa Kota Batu, Kabupaten Simeulue.

Usaha garam itu mulai mereka buka sejak dua bulan lalu, dan sudah melakukan panen perdana. Hasil panen yang pertama sebanyak 120 kilo gram, yang hasilnya itu di jual kepada pelaku usaha yang membutuhkan garam di daerah itu, dengan harga Rp5 ribu perkilo gramnya. Selebihnya, ia bagikan kepada warga sekitar.

Zulfikar, begitu ia disapa. Sebelum mantap membuka usaha garam, pria berbadan kekar itu juga punya usaha membuat penganan dan obat-obatan, seperti kerupuk teripang, Minyak Ron Failen (Obat luka luar), dan Kapsul teripang yang diberi nama Dai Ron (obat). Semua itu berbahan dasar teripang dan sagu yang diolahnya sendiri.

Bahkan, untuk kerupuk teripang sendiri, tidak saja dijual di dalam daerah. Namum sudah dipasarkan sampai ke luar daerah. Kerupuk teripang, biasanya sering ditemukan di Caffe Bandara Lasikin, dan juga pada saat-saat pameran. Penganan dari teripang ini menjadi buah tangan khas Simeulue.

Tidak muluk-muluk, jika saja usahanya itu sudah memadai, ia menargetkan Tahun 2021 konsumsi garam lokal untuk simeulu akan terpenuhi. Sayangnya, saat ini usahanya itu masih terbilang semi moderen. Usahanya pun juga terkendala modal dan administrasi seperti surat-surat usaha. Sehingga ia belum bisa memproduksi garam yang banyak dan bisa dikonsumsi secara legal oleh Masyarakat.

“Saat ini kita baru ada satu tempat penampung air laut dengan ukuran 5×15 meter, dan baru ada izin usaha dari desa. Modal awal sudah habis Rp12 juta untuk membersihkan lokasi dan membuat penampungan air laut,” terangnya saat ditemui AcehNews.Net, pada Kamis (28/2/2019).

Untuk bisa memproduksi garam yang jumlahnya banyak dan bisa dikonsumsi secara legal, ditaksir membutuhkan modal Rp500 juta.

Untuk itu, ia sangat berharap dukungan, doa, serta perhatian dari Pemerintah daerah setempat, untuk mengembangkan usahanya itu. Sehingga, usaha garamnya itu bisa meningkatkan ekonomi dan bisa membuka lapangan pekerjaan kepada masyarakat sekitar.(Jenedi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *