Kesedihan Fikri di Hari Aksara  

Kursi roda itu didorong remaja tak berseragam dari arah pakiran mobil menuju tak jauh dari panggung utama. Sebentar berhenti, sebentar berjalan tak tentu arah. Terlihat remaja berpakaian putih abu-abu yang berkebutuhan khusus duduk di atas kursi roda yang didorong itu ikut gelisah.

Duduk di atas kursi roda tersebut adalah Khairil Fikri, pelajar SMALB Takengon, Aceh Tengah. Fikri (panggilan penyandang difabel tersebut) hadir pada Perayaan Hari Aksara Internasional (HAI) ke-46 yang diadakan di Lapangan  Musara Alum, Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Kamis (25/9) untuk membaca puisi.

Namun entah alasan apa dari panitia remaja kelahiran Banda Aceh, 8 Januari 1998 ini dikabari panitia tidak jadi tampil dihadapan ratusan undangan yang hadir untuk membaca puisi karangannya yang berjudul”Derita Kami Yang Cacat”.

“Nggak tau saya alasannya kenapa Kak. Kata panitia sama guru, saya tidak jadi tampil untuk membaca puisi digantikan sama orang lain,” kata Fikri dengan mata yang berkaca-kaca.

Fikri mengaku sedih hatinya. Puisi yang dikarangnya sendiri itu selama seminggu tak jadi dibacakan lantaran panitia lebih memilih yang tampil mengantikan Fikri penyandang difabel lainya yaitu dari SDLB Takengon yang bernyanyi sambil bermain keyboard.

Fikri hanya menonton, sekali-kali dia melirik kiri dan kanan mencari guru-gurunya. Mencari jawaban pasti dia hari itu bisa tampil apa tidak. “Fikri jangan sedih ya nak. Tadi panitia bilang tidak ada konfirmasi jadi Fikri digantikan dengan yang lain. Tetapi tadi kata panitia kalau ada waktu panjang, Fikri diusahkan tampil,” kata seorang guru yang mencoba menenangkan Fikri.

Anak bungsu dari empat bersaudara pasangan Zulkifli Hanafia dan Zuhra mulai sedikit tenang. Apalagi saat itu lima orang gurunya terus disampingnya dan terus menyemangati siswa kelas I SMALB Takengon ini.

Fikri tidak saja cacat kaki tetapi juga tangannya. Namun semangatnya bisa menjadi pembaca puisi yang terkenal tetap membara. “Saya ingin dikenal dengan membaca puisi,” ujar penyandang difabel yang telah mengantongi banyak prestasi dengan membaca puisi baik ditingkat nasional maupun tingkat provinsi.

Tiba-tiba pengeras suara dari mulut MC memanggil nama Fikri. Fikri kembali berkaca-kaca matanya. Dia terharu karena panitia akhirnya sangat peduli dengan apa yang dirasakan Fikri, meski tadi Fikri mengaku sedikit kecewa. Fikri tampil untuk pertama kalinya membacakan puisi ciptaannya sendiri, “Derita Kami Yang Cacat”.

Kursi roda Fikri berada tak jauh dari panggung dan tenda tamu undangan kehormatan. Apalagi saat itu Fikri diberi kesempatan (setelah awalnya dinyatakan tidak jadi tampil) membacakan puisi karangannya sendiri itu di depan Wakil Bupati Aceh Tengah, Kadis Pendidikan Aceh, anggota dewan, unsur Muspida Aceh Tengah, dan tamu kehormatan lainnya.

Fikri didampingi dua orang gurunya. Seorang memegangkan kertas bertuliskan puisi dan satu orang lagi memegang mik. “Nggak usah aja kertasnya, saya hafal kok,” kata Fikri sambil matanya tertuju ke depan para tamu undangan. Suara keras dan lantan membacakan setiap bait kata-kata puisi yang menyentuh.

Dan akhirnya puisi itu ditutup dengan tepukan tangan dari para tamu undangan dan teman-teman Fikri. Beberapa fotografer dan wartawan televisi mengabadikan momen Fikri membaca puisi. Rasa kecewanya yang tadi mendengar tidak bisa tampil sudah terobati.

“Saya tamat SMA nanti mau lanjutin kuliah di Palembang. Belum tau mau ambil jurusan apa. Tapi saya ingin menjadi sasrawan seperti L.K Ara dan sastrawan besar lainnyanya di Indonesia,” tutur Fikri pada Perayaan Hari Aksara Internasional ke-49 yang kali ini digelar di Takengon, Aceh Tengah.

Rasa bahagia dan terharu bercampur aduk. Fikri, siswa berkebutuhan khusus di Aceh Tengah ini akhirnya bisa juga tampil membacakan puisi karangannya sendiri yang pertama kali ditulisnya. Sudah seminggu Fikri mempersiapkan segalanya, mentalnya dan juga puisi ciptaannya. Dan sejak pukul 06.00 WIB, remaja berkulit putih dan berhidung mancung ini sudah bangun dan mempesiapkan segalanya untuk bisa tampil sempurna meski ia tidak sempurna. (Saniah LS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *