22 Kabupaten/Kota di Aceh Meriahkan HAI ke-49

TAKENGON – Sebanyak 22 kabupaten/kota di Aceh meriahkan Peringatan Hari Aksara Internasional yang diselenggarakan di Lapangan Musara Alum, Takengon, Aceh Tengah, Kamis (25/9). Kegiatan yang diperingati setiap tahun dan bergilir dirayakan di kabupaten/kota di Aceh dengan mengangkat tema “Aksara Membangun Keadaban dan Keunggulan Pembangunan Berkelanjutan” ini dibuka Wakil Bupati Aceh Tengah, Khairul Asmara, mewakili Gubernur Aceh, dr Zaini Abdullah yang berhalangan hadir.

Sebanyak 23 kabupaten/kota di Aceh itu selain mengikuti pameran juga mengikuti berbagai pertandingan yang digelar dari 25-28 September 2014. Tahun lalu Nagan Raya menjadi juara umum dan kali ini tuan rumah Aceh Tengah berharap akan menjadi Juara Umum dengan menurunkan 50 orang. Kontingen “Gajah Putih” ini dipimpin Mirzaruddin.

Sementara itu pada peringatan HAI ke-49, kontingen terbanyak menurunkan petarungnya yaitu Aceh Timur dengan jumlah 200 orang. Sedangkan Kabupaten Simeulue kali ini tidak menurunkan kontingennya untuk mengikuti lima pertandingan yang dilombakan yaitu stand pameran, karya tulis (katagori pamong baru belajar dan penilik/pengawas pendidikan luar sekolah), karya nyata (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat/PKBM dan tutor keaksaraan).

Dalam pidato yang dibacakan Wakil Bupati Aceh Tengah menyebutkan,  masalah angka buta huruf berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Aceh 2012, Aceh berada di peringkat ke-24 dari 33 provinsi. Angka ini turun dibandingkan 2011 yang waktu itu angka tuna aksara Aceh memposisikan diri berada pada peringkat ke-20.

Sebut Asmara, angka buta huruf 2010 di perkotaan mencapai 1,38% dan di pedesaan mencapai 3,27%. Rerata Aceh 2010 mencapai 2,74%. Pada 2011, di perkotaan mencapai 1,98% dan di pedesaan mencapai 4,32%. Rerata Aceh 2011 mencapai 3,36% (data BPS Aceh).

Untuk Kabupaten/kota di Aceh yang termasuk memprihatinkan dalam hal tuna aksara fungsional adalah, Kabupaten Gayo Lues (41,6%), Subulussalam (36,6%), Aceh Jaya (15,58%), Pidie Jaya (14,92), Pidie (13,87%) dan Aceh Barat Daya (10,85%).

“Melihat permasalahan di atas, Gubernur Aceh berharap kepada bupati/walikota untuk dapat mencurahkan perhatian yang lebih serius lagi termasuk mengalokasikan anggaran yang lebih besar lagi di tahun mendatang guna untuk memacu pencapaian pemberantasan buta aksara, memotivasi, dan membangkitkan semangat belajar masyarakat khususnya Warga Belajar (WB),” kata Asmara dalam pidato yang dibacakannya di depan ratusan undangan yang hadir.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Anas M. Adam menyebutkan, pada September 2014 dengan berbagai upaya dan program yang dijalankan Pemerintah Aceh melalui dinas terkait diklaim berhasil menurunkan angka aksara orang dewasa hingga 3,25% atau sebanyak 67.564 orang di Aceh atau turun sebesar 0,64% dari tahun lalu.

Rincinya, dari jumlah yang disebutkan di atas 20 ribu lelaki dan selebihnya 46 ribu adalah kaum perempuan. Jika dilihat dari perbedaan gender terbanyak jumlah angka aksara adalah perempuan. Untuk itulah berbagai program dijalankan untuk menurunkan angka tersebut.

“Dari tahun yang lalu program khusus pemberdayaan perempuan telah kami jalankan. Program ini kami buat kombinasi antara keterampilan hidup dan sekaligus belajar huruf. Contohnya mereka sambil menganyam tikar juga diajarkan membaca,” jelas Anas M.Adam kepada acehnews,net salah satu program pemberantasan buta huruf orang dewasa yang terbanyak adalah kaum perempuan. (Saniah LS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *