Sekapur Sirih,
Tokoh Masyarakat Merauke, John Gluba Gebze: New Normal? Kita Mengalir Saja

MERAUKE, AcehNews.net – Pemberlakuan New Normal atau tatanan kehidupan normal yang baru ditengah pandemi Covid-19 telah disampaikan Presiden RI, Joko Widodo baru-baru ini. Meski belum secara pasti di Papua diterapkan Juni 2020, wacana New Normal akan dibahas oleh Pemerintah Provinsi Papua dan Forkopimda, untuk menyamakan persepsi.

Lalu bagaimana tanggapan seorang tokoh intelektual marind, Drs. Johanes Gluba Gebze (JGG) ketika New Normal akan diberlakukan di Selatan Papua khususnya Merauke? Sekapur sirih narasumber Tanah Anim Ha yang akrab disapa John Gluba Gebze ini disampaikan ketika Jurnalis AcehNews.net menemui disela-sela kesibukannya, Jum’at lalu (29/5/2020).

Istilah apapun, tuturnya, orang Marind (asli Papua wilayah Selatan) sangat welcome (menyambut) kebijakan pemerintah dan tidak mempermasalahkan.

Berbicara soal normal atau abnormal suatu wilayah tentu ada indikasinya. Menurutnya, jika New Normal diterapkan maka pertama yang dilakukan oleh pemerintah melalui gugus tugas Covid-19 adalah melaksanakan sosialisasi dan membuat kebijakan penunjang karena berkaitan dengan manusia.

“Kita jalani dulu. Lebih baik kita mengalir saja. Sambil kita melihat apakah (New Normal, red) membawa dampak positif yang besar atau justru tidak memberikan dampak berkurangnya angka kasus (Covid-19, red) itu,” ucap JGG.

Menurut Bapak kebanggaan masyarakat Merauke ini, apapun yang dibuat pemerintah ada landasannya. Apa yang menjadi titik tolak diberlakukan New Normal? Apakah indikasinya sudah memperlihatkan mendekati normal sehingga perlu diterapkan New Normal?

Sedangkan, semua itu menjadi perhatian, terlebih sekarang masyarakat sedang mengikuti untuk tahu penyakit covid-19 yang mengancam seluruh strata tanpa pandang bulu dan bagaimana cara mengatasinya. Bahkan, kasus penyakit yang mewabah di seluruh penjuru dunia itu memunculkan banyak asumsi karena belum ditemukan vaksinnya.

Bicara soal wabah, bagi orang Marind itu adalah tik/kematian masal yang terjadi. Namun orang Marind mempunyai obat alam, ketika sudah terjadi tik langsung berobat dengan penanganan kampung.

Pada dasarnya, sambung dia, orang Marind bukan baru menderita, tetapi sudah mesra dengan penderitaan karena tergolong orang kaya yang belum sejahtera.

Pandemi Covid-19 di Merauke dan sejumlah kabupaten lainnya datang dibawa oleh orang yang melakukan perjalanan dari luar daerah, bukan orang kecil yang tak bisa merasakan empuknya pesawat.

Tokoh Masyarakat Merauke ini mengatakan, semua elemen masyarakat, harus mengetahui lebih dulu masa inkubasi virus tersebut. Begitupula dengan pola penyebaran, gejala, dan penanganan pasien setelah 14 hari dirawat. Oleh karenanya, sebagai insan yang sadar pentingnya mencegah penyebaran virus corona perlu menumbuhkan kepedulian,”

“Kita fokus saja dulu dengan lockdown. Ada lapisan lockdown dunia, nasional, regional itu kita optimalkan lalu tingkat kesadaran masyarakat. Sebenarnya semua itu (New Normal) baik kalau kebijakannya berdampak. Kalau kita melarang dan mengurung orang (lockdown) bagi yang terpaksa (keluar bekerja, red), siapa yang mau kasih makan? Sebenarnya cara mengatasi penyakit ini, kita harus punya strategi bagaimana memulihkan kehidupan ekonomi masyarakat,” tegas JGG.

Diakuinya, keberhasilan physical distanting membuat social distanting terjadi. Sembilan nawacita presiden hendaknya dijalankan bahwa negara harus hadir, bukan hanya jargon semata. Sehingga konkrit hasilnya dirasakan masyarakat. Tak hanya persoalan kesehatan, tetapi juga mengatasi persoalan ekonomi.

“Kemandirian ekonomi rakyat, jika selama ini masyarakat diinfus seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau lainnya, apakah sumber tersebut masih tersedia?” tanya nya.

JGG mengingatkan, kondisi terpuruk dimasa pandemi hendaknya tidak digunakan untuk berpolitik. Benar-benar bersama fokus membantu orang susah karena setiap orang punya nurani. Hal yang harus dilakukan adalah memotong mata rantai penyebaran Covid-19, menerapkan seluruh anjuran dengan baik dan gugus tugas harus mengontrol warga yang sedang melakukan aktivitas.

“Kita berada dalam kondisi sulit, buah simalakama. Tidak keluar mati, keluar juga mati, ada resiko. Aparat gugus tugas sosialisasikan (New Normal) yang bagus agar masyarakat bisa memahami dan membantu pemulihan kondisi yang sekarang terjadi,” demikian pungkasnya. (Hidayatillah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *