Thayeb Loh Angen dan Novel “Aceh 2025”

BANDA ACEH – Thayeb Loh Angen mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan juga aktivis kebudayaan di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) PuKAT (Pusat Kebudayaan Aceh-Turki), kembali melunjurkan karya novel keduanya yang berjudul “Aceh 2025”, Kamis (12/02/2015) siang, di Aneuk Kupi (Restorant Lamnyong), Banda Aceh.  Sebelumnya Thayeb, telah menerbitkan novel pertamanya pada 2009 lalu yang berjudul “Teuntra Atom”.

Novel Aceh 2025 (1446H) yang ditulisnya selama 4 tahun ini, berkisah tentang betapa majunya Nanggroe Aceh pada sepuluh tahun mendatang, baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan pembangunan di Aceh.

“Saya mencoba mengarang cerita bagaimana Aceh ketika ia sudah maju. Macam harapan bagi Aceh, dan saya gambarkan dalam sebuah cerita bagaimana keadaan Aceh pada 2025 nanti,” tuturnya kepada AcehNews.net.

Cover novel "Aceh 2025 "

Cover novel “Aceh 2025 “

Thayeb juga mengatakan, kenapa harus “Aceh 2025”, karena menurutnya, hal  itu pas sepuluh tahun dari buku ini terbit. Sepuluh tahun adalah waktu yang ideal untuk mewujudkan jika orang mempunyai impian.

“Awalnya judul buku ini adalah Aceh 2020, tapi jika 20 tahun setelah buku ini terbit itu terlalu lama, maka di ubah menjadi Aceh 2025,” kata mantan Kombatan GAM yang bernama Thayeb Sulaiman.

Thaeb menulis novel ini untuk memberi solusi bagi orang-orang untuk membangun Aceh ke depan. Dia memberi sedikit gambaran dibalik buku ini dengan kemampuan yang dia miliki. “Saya tahu bawa orang lain banyak memiliki ide tapi sayangnya mereka tidak mau untuk menuliskan atau tidak mempublikasinya. Saya berharap kalau mereka punya ide silahkan tulis,” harap mantan Redaktur Budaya  Harian Aceh.

Pada peluncurun buku tersebut juga turut dihadiri Seniman Gayo, Salman Yoga, Satrawan Muda Aceh, Herman RN, dan Penulis dan Sastrawan, serta puluhan masyarakat ikut antusias dalam menghadiri peluncuran buku tersebut.

Profil Singkat Thayeb Loh Angen

Thayeb Sulaiman lahir pada 1 Februari 1997 di Paloh Dayah, Lhokseumawe. Anak dari pasangan Teungku Sulaiman bin Utoh Dadeh dan Cut Zubaidah binti Teuku Juhan bin Teuku Musa bin Teungku Lam Paseh Al Asyi.

Memulai karirnya setelah menjadi mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pada 2006 ia menulis naskah roman, pada 2008 ia menjadi Redaktur di Harian Aceh, dan pada 2009 ia menulis novel pertamanya yang berjudul “Teuntra Atom”.

Pada 2012 ia juga ikut mendirikan lembaga kebudayaan antar bangsa bernama Pusat Kebudayaan Aceh dan Turki (PuKAT). Serta pada 2013 ia ikut membentuk Institut Sastra Hamzah Fansuri (Ma’had Baitul Maqdis), sebuah pendidikan dalam bidang hubungann antar manusia yang meliputi perkabaran, sastra, seni berbicara, falsafah sejarah, dan kepemimpinan. (zuhri noviandi)

    Leave a Reply to Amri Cancel reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *