Teror Game Online Ancam Kaum Muda

Oleh: Devi Anggraini dan Muzkia Jannatilah (Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa)

AcehNews. Net – Penyakit generasi di era milenial sekarang ini adalah kecanduan game online, dan ini memang dapat menyerang siapa saja. Awal tahun ini World Health Organization (WHO) meresmikan bahwa kecanduan game sebagai salah satu gangguan jiwa. Seseorang yang sudah kecanduan game online akan menghabiskan waktunya hanya untuk bermain game, sehingga tidak perduli lagi dengan kesehatan dan bahayanya bermain game online secara berlebihan atau bisa dikatakan telah menjadi budak game online.

Sebagai contoh, seorang remaja di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara mengalami kebutaan. Diduga penyebabnya adalah terlalu seringnya bermain game online tanpa kenal waktu melalui ponselnya. Fenomena tersebut setidaknya cukup memberikan kita kesadaran betapa berbahayanya bermain game online khususnya melalui ponsel terhadap kesehatan. Bukan itu saja, kaum muda yang sudah kecanduan game online juga susah untuk fokus pada pelajaran atau bahkan pada suatu bacaan yang ringan saja. Bertambahnya rasa malas untuk bergerak, beraktifitas, apalagi untuk melakukan hal-hal yang kreatif merupakan salah satu dampak negatif yang nyata dari kecanduan game online.

Hal yang paling lucu menuru amatan penulis adalah remaja atau bahkan orang-orang dewasa saat ini ketika bermain game online sangatlah serius sekali. Sedangkan untuk melaksanakan hal-hal yang serius malah terkesan acuh tak acuh. Dampak negatif lainnya bagi kaum muda yang sudah tak kenal waktu lagi dengan game online adalah hilangnya rasa peduli pada kewajiban masa depannya. Penulis banyak melihat di warung-warung kopi yang menyediakan layanan wifi gratis para pemuda yang rela duduk berjam-jam dengan memainkan game online di hpnya.

Pernah suatu ketika penulis mendapatkan para remaja sekolahan dengan asyiknya memainkan game online di ponselnya pada jam sekolah. Ketika penulis tanya mengapa tidak masuk sekolah, para remaja tersebut hanya cengir-cengir dan senyum tanpa menjawab pertanyaan penulis. Selain itu, ketika masuk waktu shalatpun seperti tak ada rasa risih untuk tak menunaikan sampai waktu shalat pun habis.

Sebegitu hebatnya game online membius sebagian kaum muda kita sehingga bisa menjadi budak game online. Uang jajan yang diberikan orangtua lebih besar disisihkan untuk membeli data internet atau duduk-duduk di cafe/warung kopi yang ber wifi gratis untuk memainkan game online daripada digunakan untuk mengakses informasi yang lebih berguna.

Sebelum wabah candu game online ini semakin meluas, maka penulis menghimbau disetiap keluarga, lingkungan sekolah, masyarakat, dan seluruh pembaca janganlah anggap sepele masalah candu game online pada kaum muda khususnya anak-anak kita di Bumi Nanggroe ini. Bagaimana kita bisa memajukan negeri ini jika generasi sekarang sudah tak peduli dengan nasib bangsanya, tak peduli dengan pendidikannya, tak peduli dengan agamanya.

Mari selamatkan anak-anak kita, kaum muda kita apalagi yang belum terkontaminasi dengan game online untuk tidak mendekati atau coba-coba untuk memainkannya karena memang tidak ada fedahnyanya sama sekali. Meningkatkan kepedulian dan perhatian khususnya dalam keluarga sangatlah penting, karena pembiasaan itu mayoritas berawal dari keluarga. Keluarga berperan sangat penting dan kunci utama bagi kaum muda kita, bagi generasi kita, untuk bisa berkiprah dalam memajukan peradaban bangsa.

Semoga kita semua selamat dari ancaman global yang dapat merusak mental, pikiran, agama, lahiriah kita, dan generasi kita saat ini, khususnya dari ancaman dan teror game online yang dapat memperbudak kita tanpa kita sadari waktu telah berlalu begitu saja dengan sia-sia. Sedangkan waktu tak akan bisa mundur kembali. Semoga! (*/Photo Ilustrasi: citypost)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *