Rumah Kaos Beromset Rp180 Juta/Bulan  

Bisnis merchandise di daerah wisata menjanjikan keuntungan yang mengiurkan. Apalagi jika bisnis ini diproduksi dengan desain yang menarik, bertema lokal, dan ditulis dengan bahasa daerah. Tentu sangat dicari banyak orang…

Jika Anda bertandang ke Kota Sabang (Pulau Weh) dan Kota Banda Aceh, melancong bersama keluarga, kerabat, sahabat, atau kolega Anda, pasti Anda tidak asing lagi dengan kaos produksi Piyoh Design atau lebih dikenal dengan brand MR Piyoh.

MR Piyoh, toko souvenir di Kota Sabang dan Banda Aceh yang menyediakan kaos keren, gaul dengan desain-desain bertema lokal dan berbahasa Aceh dengan gambar-gambar yang menarik, unik, dan lucu.

Tulisan bahasa Aceh yang paling digemari dan menjadi best seller yaitu “Hom Hai #Gak Tau- Lah!”, “Eh Malam”, “Cet Langet”, “Cang Boh Panah”, “Hana Peng Hana Inong”, “Bek Jampook Beuh!”, “Kuphe Pancong”, dan “Beungoh Leuho Malam yang Penteng Kuphe”. Semua kaos-kaos ini dikombinasikan dengan warna-warna yang lagi tren dan digandrungi anak muda. Karena kata Fadly saat ini pasar mereka tidak saja para pelancong yang datang ke Aceh tetapi juga anak-anak muda Aceh.

Bisnis kreatif ini awalnya digagasi anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Suraji Yunus dan Erwani Mutia, Hijrah Saputra pada 2008 silam. Kemudian seiring waktu Piyoh Design kini telah menjadi sebuah perusahaan keluarga yang dikelola tiga abang beradik dengan omset penjualan per bulannya sekitar Rp180 juta.

Toko souvenir MR Piyoh Aceh pertama berada di Jalan Cut Mutia, Kota Atas, Sabang. Rumah kapling dengan luas 4×5 meter yang awalnya dikontrakan itu disulap menjadi toko yang menjual kaos dan souvenir lainnya yang bermotif dan berbahasa Aceh. Dengan modal awal Rp5 juta, kini Piyoh Design telah memiliki dua toko lagi di Kota Banda Aceh di Jalan T Iskandar, Ulee Kareng dan Jalan Sri Ratu Safiatuddin, Peunayong.

Piyoh (bahasa Aceh) dalam bahasa Indonesia berarti singgah atau mampir, sebuah ucapan penghormatan yang sering diutarakan para pedagang dan masyarakat Aceh yang mempersilakan para tamu atau konsumen untuk singgah atau mampir di tempat usaha/rumah mereka.

Dua toko souvenir MR Piyoh di Banda Aceh dikelola Fadly (panggilan akrabnya) dan Agus Adhiyatsyah. Sedangkan Heiji mengelola toko di Kota Atas, Sabang selain menjadi desainer untuk semua produk-produk yang dikeluarkan Piyoh Design yang kini berjumlah sekira 200 item dan 20 seri berbahasa Aceh. Desain-desain kaos MR Piyoh sudah didaftarkan ke Hak Cipta Kemenkuham, agar tidak dicomot atau ditiru orang lain.

Perusahaan Piyoh Design mendesain kaos dengan tema-tema yang dekat dengan kebiasaan orang Aceh, misal ngopi diwarung kopi dan image negatif soal ganja Aceh. Image jelek ini dirubah menjadi positif,  dengan desain daun ganja yang disisipin tulisan-tulisan yang unik dan menari. Misal gambar daun ganja kemudian dengan memunculkan tulisan “bukan oleh-oleh Aceh”.

Setiap bulan MR. Piyoh mengeluarkan tiga atau lima desain baru yang dibuat untuk kaos baik itu dengan ikon-ikon Aceh maupun dengan tulisan bahasa Aceh. “Kita ingin kaos-kaos produksi kita ini juga disenangi anak-anak muda Aceh,” tutur owner Piyoh Designf ini sambil menunjukan beberapa kaos yang paling diminati kepada Acenews.net.

Dosen jurusan Ilmu Kelautan Unsyiah lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2003 mengatakan, bisnis kreatif ini dimulai dari Kota Sabang karena melihat pulau terluar provinsi Aceh ini sebagai daerah tujuan wisata. Saat itu  produk-produk souvenir yang bermotif lokal masih kurang banyak, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung ke Sabang mengeluh dan saat itulah ide untuk mendesain produk-produk souvenir yang unik, lucu, bermotif Aceh, dan berbahasa Aceh pun muncul.

“Waktu itu kami fokus ke kaos. Membuat kaos berkualitas dengan berbagai range harga dari Rp50 ribu hingga Rp120 ribu. Heiji mendesain kaos dengan tema Sabang, ‘Aku Sabang Kamu’. ‘I Love Sabang’, dan ‘Kilometer Nol’. Produksi pertama ada sekitar 250 kaos dicetak di luar Aceh dengan variasi desain sebanyak lima seri,” kata pria kelahiran Sabang, 29 November 1980 silam.

Produk kaos MR Piyoh tidak monoton dan itu-itu saja, tiga anak muda Sabang ini juga mengeluarkan seri berbahasa Aceh. Seri ini tidak saja mengajarkan para wisatawan belajar bahasa melalui tulisan di kaos tetapi juga ingin mengenalkan Kota Sabang dan Aceh khususnya kepada masyarakat Indonesia dan dunia. Sesuai tagline mereka “Berbagi Aceh dimana aja!”.

“Kaos-kaos produksi kami ini tidak saja kami jual di oulet kami, tetapi kami titipkan juga di toko-toko souvenir lainnya baik yang ada di Kota Sabang maupun Kota Banda Aceh. Sekali desain kaos dicetak empat hingga enam lusin. Jika ada permintaan baru kami mencetak lagi, agar kaos yang beredar tidak pasaran kali. Sembari kami terus menciptakan desain-desain baru yang tiap bulan bisa tiga hinga lima desain,” papar Fadly.

Kaos adalah bahasa universal untuk menunjukkan dari mana seseorang berasal. Sehingga akhirnya tiga bersaudara ini, Fadly (anak pertama), Heiji (anak ketiga) dan Agus (anak keempat) memilih untuk menekuni usaha kreatif ini. Dari modal awal Rp5 juta dan kini meraup omset per bulannya sekitar Rp180 juta. Usaha ini terus dikembangkan dan mengikuti kebutuhan pasar. (Saniah LS/Inspirasi Usaha)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *