Nita Juniarti, Pemenang 10 Karya Terbaik Menulis Kisah Inspiratif Perpustakaan Desa

BANDA ACEH | AcehNews.net – Nita Juniarti, puteri asal Aceh Barat Daya (Abdya) berprestasi yang menginisiasi perpustakaan Sigupai Mambaco dinobatkan menjadi pemenang 10 karya terbaik dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Kisah Inspiratif Perpustakaan Desa dengan tema Dari Desa Membangun Bangsayang diselenggarakan Perpusdes.id/perpustakaandesa.com sejak Juli-Agustus 2020 lalu.

Sebanyak 70 lebih delegasi perpustakaan desa berkembang seluruh Indonesia yang mendaftar lomba, saat diseleksi terdapat 22 peserta masuk kategori. Dari 22 peserta itu terpilih 10 karya tulisan terbaik yang diumumkan pasa 1 September 2020 lalu, salah satunya adalah Nita Juniarti dan berhak memboyong hadiah paket buku dari CV. Tirta Buana Media senilai Rp10 juta untuk perpustakaan desa yang digeluti.

Nita Juniarti, pengagas lahirnya Sigupai Mambaco di Kabupaten Aceh Barat Daya. | Ist

“Saya mengambil tema tentang suka dukanya mengelola perpustakaan desa di sini, Desa Tangah Rawa, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh dengan judul Sigupai Mambaco: Dari motor Hingga Dilirik oleh Pustaka Daerah,” tutur perempuan kelahiran 9 Juni 1993 yang menyelesaikan S1 di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Fakultas Adab, jurusan Sejarah Kebudayaan Islam ini kepada AcehNews.net, Kamis (16/9/2020) via WhatsApp.

Dia mengakui, beberapa kali menang di tingkat nasional untuk lomba Taman Baca Masyarakat (TBM) kreatif dan memperoleh hadiah buku dari kado ulangtahun buku penerbit BIP, serta lomba veteran 2019. Meski terus mendulang kebanggaan berkat kerja kerasnya mengelola TBM belum diketahui oleh pemerintah setempat.

Tak jarang pendaftaran lomba yang diikuti langsung ke donasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Perlahan nama harum yang ditorehkan dikancah nasional pun mulai tercium oleh perpustakaan daerah.

“Semoga dengan bertambahnya buku, pengunjung semakin semangat datang ke Sigupai Mambaco,” harap jurnalis AcehNews.net yang juga anggota Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Aceh ini.

Nita menceritakan, ide membuat Sigupai Mambaco terinsipirasi dari kegiatannya yang aktif di Pustaka Ransel (membawa buku-buku dalam ransel ke pelosok Aceh, khususnya wilayah Aceh Besar dan Banda Aceh pada 2015-2016 setelah lulus S1.

Nama Sigupai Mambaco dibuat berdasarkan pemikiran, Sigupai merupakan icon padi yang ada di Aceh Barat Daya salah satu gelar Aceh Barat Daya juga, sedangkan mambaco berasal dari bahasa Aneuk Jamee yang menjadi lingkungan tinggal pengurus yang berarti membaca. Secara harfiah Sigupai Mambaco berarti Aceh Barat Daya membaca”.

Sigupai Mambaco, perpustakaan keliling yang lahir dan digerakan anak muda di Aceh Barat Daya. | Ist

Sigupai Mambaco
Pustaka keliling ini pertama kali beroperasi pada 7 Januari 2018, (kini berusia 2 tahun), Nita dibantu oleh Randa Zahrial.

Awalnya, buku dibawa dengan motor dan mengelar tikar lalu menyusun buku-buku untuk dibaca di Bukit Hijau. Seiring berjalannya waktu, lapak buku itu pindah ke pinggir pantai tepatnya di Dermaga Susoh, karena di sana orang yang datang lebih ramai.

Akhirnya, pada April 2018 Sigupai Mambaco bekerjasama dalam proyek Pijar Ilmu Astra Asuransi sehingga mendapatkan fasilitas berupa becak lengkap dengan gerobaknya sehingga buku yang dibawa bisa lebih banyak.

Setelah setahun, Sigupai Mambaco terlibat di Pustaka Bergerak dan melaksanakan pertukaran buku dengan beberapa pihak yang terlibat di Pustaka Bergerak Indonesia.

Pada Desember 2018, Sigupai Mambaco tidak hanya di pantai namun dicoba buka di rumah Nita, gerobak diletakkan di halaman rumah dan buku ditata sedemikian rupa, adapun anak-anak membaca di samping rumah. Program ini berjalan hingga hari ini, jika tidak ada di pantai maka Sigupai Mambaco ada di rumah tepatnya di Jalan Rawa Sakti nomor 82, Dusun Kulam Tuha, Desa Tangah Rawa, Kecamatan Susoh.

Lalu, tepat pada 2019 lalu, Sigupai Mambaco mempunyai lima fasilitator namun karena kesibukan kuliah di Kota Banda Aceh maka pengurusnya berganti pula dan bertambah satu orang yang tidak rutin.

Salah seorang ibu menemani anaknya membaca. | Ist

Ide Awal
Ide yang berangkat dari membawa buku dengan motoran lalu dengan becak akhirnya dibuat menjadi menetap di rumah sebagai taman baca masyarakat di sekitar pemukiman rawa ini ternyata sudah bertahan hingga 2020. Akhirnya, kegiatan yang dilakukan oleh Sigupai Mambaco disorot oleh perpustakaan wilayah.

Pada Juli 2020, enam orang petugas perpustakaan Daerah datang ke Sigupai Mambaco dan merasa kesulitan mencari di mana letak Sigupai Mambaco, referensi mereka hanyalah informasi di media sosial. Petugas tersebut mencari keberadaan Sigupai Mambaco sebagai mitra terhadap perpustakaan. Setelah berjuang beberapa tahun akhirnya tanpa diminta ternyata Sigupai Mambaco telah menarik perhatian Perpustakaan Daerah (PERPUSDA).

Perjuangan tersebut belum berakhir, Sigupai Mambaco mendapatkan tawaran untuk menerima bantuan pemerintah tentang TBM Rintisan tingkat nasional hanya saja persyaratan yang dibutuhkan sangatlah banyak dan membutuhkan banyak dana juga untuk pengurusannya. Ketika pengurus mendatangi kepala desa, kepala desa hanya bisa memberikan dukungan berupa surat domisili bukan pendanaan, begitu juga dengan kecamatan, dan dinas pendidikan setempat.

Pengurus berusaha untuk mendaftarkan diri dengan membuat proposal, keuangan dibantu oleh teman-teman yang patungan secara sukarelawan. Saat ini, belum ada perhatian pemerintah sehingga harus berjuang secara swadaya.

Masa Pandemi Covid-19
Selama pandemi Covid-19, Sigupai Mambaco membuka peluang untuk peminjaman dalam rangka mematuhi phisical distancing dan juga mengadakan kegiatan virtual seperti bincang asik (BiSik) melalui Instagram Live dan Mahota Buku (MaBuk) program review buku melalui instagram live juga.

Kegiatan tersebut selalu didukung secara swadaya oleh beberapa individu. Meski demikian, kegiatan tetap berjalan dan terus menyebarkan ‘virus’ literasi dikalangan masyarakat dengan semua keterbatasan yang ada. (Hidayatillah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *