Nasaruddin: Ekspor Kopi Arabika Gayo Capai 7.000 Ton

BANDA ACEH – Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin menjadi salah satu narasumber pada Indonesia International Coffee Symposium (IICS) 2014, Kamis (20/11), bertempat di AAC Unsyiah, Banda Aceh. Dalam pemaparannya itu, Nasaruddin menyebutkan, 2014, ekspor kopi arabika Gayo capai 7.000 ton.

Materi yang disampaikan Nasaruddin berjudul Peranan, Harapan dan Tantangan Komoditas Kopi bagi Perekonomian Rakyat Wilayah Dataran Tinggi Gayo. Dalam makalahnya, Nasaruddin menjelaskan, mulai dari sejarah, dinamika pengelolaan, peranan kopi dalam perekonomian masyarakat, hingga tantangan yang dihadapi selama ini dan kedepannya.

“Kopi arabica Gayo sangat diminati oleh konsumen di Amerika, Eropa, dan Asia terutama Jepang dan Australia karena memiliki cita rasa aroma khas dengan perisa (favor) kompleks dan kekentalan (body) yang kuat,” kata Nasaruddin disela pemaparannya.

Ditambahkan Nasaruddin hasil ujicoba (cupping test) selama ini, Kopi Arabica Gayo memperoleh nilai antara 86 hingga 90 sehingga dikategorikan kopi specialty. Keistimewaan kopi arabica Gayo saat ini, menurut Nasaruddin karena telah mendapatkan perlindungan melalui Indikasi Geografis (IG) yang diserahkan Menkumham pada pertengahan 2010 lalu.

“Efek dari IG yang paling dirasakan adalah semakin meningkatnya permintaan ekspor kopi arabica Gayo,” katanya lagi.

Tahun 2014 saja, kata Nasaruddin mulai dari Januari hingga September, sesuai Surat Persetujuan Ekspor Kopi (SPEK) khusus yang diterbitkan di Aceh Tengah, ekspor kopi arabica Gayo mencapai 7.000 ton dengan nilai US$ 39,9 juta (US$ 5,7/Kg).

“Tahun ini saja, hingga September, Amerika sudah mengimpor kopi arabica Gayo sebanyak 3.707 ton,” sebut Nasaruddin.

Guna melindungi kopi arabica Gayo kedepan, Nasaruddin mengatakan pihaknya akan mengelola pasar lelang dan optimalisasi sistem resi gudang sehingga diharapkan semakin berdampak bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.

“Kopi sangat berarti dan jadi pilar utama kehidupan masyarakat, sehingga benar dikatakan Kopi menjadi soko-guru perekonomian rakyat Aceh Tengah,” ujar Nasaruddin.

Kabupaten Aceh Tengah masuk dalam kawasan dataran tinggi gayo yang memiliki lahan kopi paling luas mencapai 48.300 hektare, kemudian disusul Kabupaten Bener Meriah mencapai 39.490 hektare, sementara di Kabupaten Gayo Lues 7.800 hektare. Total jumlah petani di tiga Kabupaten dataran tinggi Gayo tersebut sebanyak 66.101 kepala keluarga (KK).

Beberapa pemateri lain dalam simposium yang berlangsung selama tiga hari, mulai 19 hingga 21 November 2014 itu diantaranya, makalah berjudul “Produksi Kopi Luwak Liar Berkelanjutan dan Peluang Pasarnya di Eropa,” oleh Matt Ross. Kemudian Dr. Jeff Neilson, Sydney University menjelaskan makalah berjudul “Profil Rantai Nilai Kopi Robusta dan Arabica di Indonesia dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Petani”.

Berikutnya makalah berjudul, “Aplikasi Teknologi Pada Budidaya Kopi Robusta untuk Mencapai Produktivitas yang Tinggi di Vietnam,” disampaikan oleh Dr. Nguyen Van Taan dari Nomafsi. Terakhir Mr. Mauricio Galindo dari ICO membawakan makalah berjudul “Situasi Terkini Kontribusi Kopi Terhadap Perekonomian Dunia”. (emka)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *