Membidik Barang Kerajinan Menjadi Usaha Keluarga

Unik, indah, dan bernilai ekonomis itulah kesan yang muncul ketik melihat berbagai produk kerajinan tangan (handycraft) di rumah kreasi Kelompok UPPKS Seabaw Craft yang beralamat di Jalan Tulip, Desa Suka Maju, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeuleu, beberapa waktu lalu.

Kelompok ini dimotori perempuan muda alumni Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala 2003 bernama Umi Kalsum. Kelompok ini didirikan pada tahun 2012. Inong (panggilan akrab Umi Kalsum) mengajak beberapa ibu rumah tangga di desanya bergabung dengan dia. Mereka diajarkan berbagai kerajinan tangan yang terbuat dari bahan-bahan alam dan sampah rumah tangga yang mudah didapatkan di Kabupaten Simeulue.

Bahan-bahan alam dan sampah rumah tangga tersebut diantaranya daun kelapa, kelopak kelapa,daun pete Cina, ranting pohon, buah rumbia, kulit kerang, pasir laut, tempat telur, kardus bekas, kaca, kain perca, botol bekas, dan planel.

“Sebelumnya saya sudah membuka usaha handycraft sejak 2005 lalu, sebelum kelompok ini dibentuk. Waktu itu saya mendapatkan informasi dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana di sini mengenai UPPKS dan manfaatnya meningkatkan perekonomian dan mensejahterakan keluarga,” cerita Inong awal mula membentuk UPPKS Seabaw Craft.

Sibau (kemudian diganti dia dengan Seabaw) adalah nama gunung tertinggi di Kabupaten Simeulue. Karena perempuan kelahiran Sinabang, 09 April 1995 ini ingin memunculkan nama kedaerahan Simeulue, dan akhirnya ia pun menabalkan nama Sibau kedalam kelompok usaha yang digagasnya.

“Cuma penulisannya saja yang saya ubah sedikit. Sibau menjadi Seabaw,” jelas anak kedua dari enam bersaudara pasangan M Azharuddin Saleh dan Yufnirzah.

Inong belajar kerajinan tangan yang kini menjadi sumber mata pencarian dia dan kelompoknya ini dari kota-kota pengrajin di Indonesia, Sukaharjo dan Yogyakarta pada 2010-2011. Sambil traveling, wanita yang bertitel SH (Sarjana Hukum) ini melihat pasar seni yang ada di dua kota tersebut.

“Saya beli barang kerajinan tangan di sana dan kemudian saya berdialog dengan perajinnya bagaimana cara membuatnya. Barang-barang itu saya bongkar kembali dan mengkreasikannya dengan cara saya sendiri,” ceritanya lagi.

Umi Kalsum di bengkel kerajinannya|Saniah LS

Umi Kalsum di bengkel kerajinannya|Saniah LS

Produk kerajinan UPPKS Seabaw Craft pimpinan Umi Kalsum|Saniah LS

Produk kerajinan UPPKS Seabaw Craft pimpinan Umi Kalsum|Saniah LS

Produk  kerajinan lainnya dari UPPKS Seabaw Craft pimpinan Umi Kalsum di Simeuleu|Saniah LS

Produk kerajinan lainnya dari UPPKS Seabaw Craft pimpinan Umi Kalsum di Simeuleu|Saniah LS

Perempuan yang hobi traveling ini dulunya bekerja di NGO bidang anak di Kota Banda Aceh. Dia membuat hasil kerajinan tangan sederhana dan mengajar kepada anak-anak di daerah bencana. Setelah menyelesaikan kuliahnya (2003), tepatnya Maret 2005, Inong mulai membuka usaha Rumah Kreasi (Handycraft dan Souvenir).

Tujuh tahun kemudian, perempuan yang masih single ini membentuk Kelompok UPPKS Seabaw Craft. Di bengkelnya inilah Inong bersama lima orang lainnya belajar membuat beberapa handycraft dan souvenir dari bahan-bahan alam dan sampah rumah tangga.

“Produk kami dibawa dan dipamerkan Dekranasda dan Kantor Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Simeulue, jika ada festival, PKA, dan pameran baik di kabupaten, provinsi, dan Jakarta. Dari sini produk kami mulai dikenal dan mulai dipesan. Selain itu juga saya mempromosikannya lewat facebook milik saya,” sebut perempuan berhidung mancung yang tidak pelit ilmu ini.

Barang kerajinan tangan Kelompok UPPKS Seabaw Craft dijual dengan harga mulai Rp5.000 hingga Rp250 ribu/pcs. Produk yang dihasilkan mulai dari gantungan kunci, tempat tisu, asbak rokok, figura, hiasan dinding, vas bunga, tempat topi, dan bunga. Semua bernilai rupiah setelah disulap Inong dan kelompoknya.

Kelompok ini juga menerima oderan dari Banda Aceh, Sabang, Aceh Singkil, dan Jakarta.  Kalau ada pemesanan dalam jumlah besar, Inong baru memanggil pasukannya untuk mengerjakannya bersama-sama. Hasil dari penjualan akan dibagi sama setelah dipotong modal. Hasil upah tersebut dipakai untuk membantu membeli segala keperluan rumah tangga mereka.

“Saya berharap, para ibu rumah tangga di sini suatu hari bisa mendirikan rumah kreasi sendiri. Karena saya tahu mereka memiliki kemampuan dan kemauan yang keras. Sementara ini sebagai kerja sampingan. Tetapi saya yakin suatu hari nanti akan menjadi usaha tetap bagi mereka,” tutupnya mengakhiri perbincangan.

Pemerintah Kabupaten Simeulue tengah giat-giatnya membangun pariwisata di daerah yang berpenduduk sekitar 80.673 jiwa (Sensus 2010). Inong berharap hasil kerajinan tangan Kelompok UPPKS Seabaw Craft bisa menjadi ikon cindera mata kabupaten yang baru berusia 14 tahun ini. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *