Masyarakat Aceh: “Stop Diskriminasi Ulama”

AcehNews.net | BANDA ACEH – Ratusan masyarakat yang  mewakili dari berbagai Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam, Front Pembela Islam (FPI), Dayah, dan para santri di Aceh, selesai menjalankan shalat Jumat berjamah di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Jumat (20/01/2017), mendatangi gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Aceh (DPRA) dan Polda Aceh, untuk menyampaikan aspirasi agar pemerintah bersikap adil dan tidak mendiskriminasi ulama.

Foto: Saniah LS

“Kami dari FPI mewakili pengurus di kabupaten/kota, mewakili dari masyarakat Aceh dari pihak santri, tokoh dayah/pesantren, dan Ormas Islam, menyampaikan aspirasi kami kepada DPRA agar menyampaikannya ke DPR RI, apabila perlu kepada Bapak Presiden. Khususnya yang pertama, stop diskriminasi  terhadap ulama,” kata Ketua DPD FPI Aceh, Tgk Muslem At-Tahiri kepada wartawan usai menyampaikan orasi damainya di depan halaman gedung DPRA di Banda Aceh pada pukul 15.30 WIB dan sebelum melanjutkan ke Polda Aceh.

Masyarakat Aceh, kata Tgk Muslem, selama ini mempertanyakan, ada apa dan mengapa, ulama dan tokoh-tokoh Islam disudutkan. Dicari-cari masalah. Dicari pasal demi pasal agar mereka (ulama/tokoh Islam) bisa disalahkan. Sementara yang sudah jelas-jelas salah, sudah jadi tersangka sampai hari ini, kata Tgk Muslem, belum ditangkap dan dipenjarakan.

Pemicu masalah, memicu kegaduhan di Indonesia, di NKRI menurut Tgk Muslem yaitu Ahok sampai hari ini belum ditangkap, belum dipenjara. Ahok, kata dia,  masih bebas kampaye kemana-mana. Sementara ulama Islam yang jelas-jelas istiqamah, berjuang menegakan kebenaran, mengapa terus disudutkan, didiskriminasi, dizalimi, dan terus dicari-cari kesalahannya.

“Ada apa ini dan kenapa? Jangan coba-coba menzalimin ulama, mendiskriminasi, karena ulama pewaris para Nabi. Kalau ulama didiskriminasi, dizalimi, kami anak ulama siap masuk penjara. Apalagi jika Imam Besar Indonesia, Habib Rizieq di penjara, maka kami semua siap masuk penjara. Artinya kami tidak pernah takut penjara, kami tidak pernah takut nyawa melayang, kami siap berjuang dengan segenap kemampuan kami, agar ulama dihargai di negeri ini,” tegas Tgk Muslem.

Lanjutnya, kalau pemerintah tidak adil, umat Islam akan bangkit, begitupun masyarakat Aceh. “ Orang Aceh, tidak banyak bicara, orang Aceh tidak suka mencari celah. Namun jika pemerintah tidak bisa bersikap adil, maka jangan salahkan masyarakat Aceh jika akan kembali seperti dulu,” tutupnya.

Dalam aspirasi itu, selain meminta pemerintah bersikap adil, stop diskriminasi dan menzalimi ulama, juga meminta agar Kapolda Jawa Barat dicopot dan Mega Wati meminta maaf atas ucapanya itu kepada umat Islam.

Puluhan masyarakat Aceh dari tergabung dalam Ormas Islam, FPI, ustadz dari daya/pesantren, dan para santri terlihat dengan damai melakukan orasinya yang dijaga belasan pihak keamanan dari kepolisian dan Satpol PP.

Pada kesempatan itu, Wakil Komisi VII DPRA, Jamaluddin T Muku menemui para penyampai aspirasi dan mengatakan, akan menyampaikan aspirasi tersebut kepada pimpinan DPRA dan Ketua  Komisi VII untuk duduk bersama membicarakan hal itu dan menyampaikan aspirasi masyarakat Aceh ini ke DPR RI dan Presiden.

“Mereka datang dengan cara baik, tidak macam-macam, dan menyampaikan aspirasinya dengan baik. Saya rasa apa yang disampaikan umat Islam di Aceh itu hal yang wajar. Kita harus berani menyatakan kebenaran walau itu pahit. Jadi apa yang disampaikan tadi akan saya sampaikan kepada pimpinan dan kami akan duduk bersama untuk membicarakan hal ini,” kata Wakil Ketua Komisi VII yang membidangi soal Agama.

Salah seorang Ustadz dari Dayah Nurul Islam di Aceh Utara, Syahril (28) datang bersama tujuh perwakilan lainnya untuk ikut berorasi dan menyampaikan aspirasi dengan damai kepada wakil rakyat di DPRA dan Polda Aceh.

“Jika pemerintah peduli, bersikap adil, hal ini tidak melebar kemana-mana. Pada hari ini kami melihat ada gerakan yang ingin mendiskriminasi ulama dan tokoh-tokoh Islam. Sebenarnya hal ini tidak perlu terjadi. Ini menurut saya kerjaan segelitir orang yang  berpaham syiah dan komunis yang ingin mengadu domba dan memecah belah bangsa ini,” demikian pendapat  Ustadz Syahril.

Masyarakat Aceh yang menyuarakan aspirasinya dengan damai, mereka datang dengan truk, pikup, dan sepeda motor dari berbagai daerah di Aceh. Massa mewakili Ormas Islam, FPI, Ustadz dayah, dan para santri sebelum bubar, berdoa bersama yang salah satu dari doa itu mendoakan agar para pemimpin yang zalim diberi hidayah, dibuka pintu taubat, dan dapat bersikap adil. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *