Mama Papua Raup Rupiah dari Tenda Home Industri Polres Merauke

MERAUKE | AcehNews.net – Perempuan sebagai ibu dan istri merupakan ‘motor penggerak’ ekonomi keluarga. Ia (perempuan) memiliki peran yang sama dengan kaum pria sebagai ‘pejuang ekonomi keluarga’. Dibalik itu semua, kekuatan terdasyat yang dimiliki seorang perempuan adalah dukungan dari kaum pria yang bernama suami.

Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji, meneliti hasil minyak goreng bikinan Mama Papua. | Hidayatillah


Disudut halaman Polres Merauke berdiri sebuah tenda yang mamayungi aktivitas home industri puluhan perempuan Papua binaan Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji.

Sebanyak 21 perempuan Papua asal pedalaman Asmat berbagi tugas, ada yang membelah kelapa, menggiling kelapa, memeras santan, memasak santan hingga mendidih menjadi minyak goreng dan menghaluskan batok kelapa untuk dijadikan kancing baju.

Perempuan pejuang ekonomi keluarga itu mulai berjibaku pada pukul 08.00 WIT sampai jam 15.00 WIT.

Theresia Sanapai Bapan dan Selestina Sanapai Bapan yang ditugaskan khusus memasak santan makin sering mengaduk-aduk cairan bening mendidih didalam kuali, siap menjadi minyak goreng. Sementara yang lainnya sibuk dengan tugas masing-masing.

“Sedikit lagi jadi minyak goreng. Nanti setelah dingin kita saring dan tumpah (tuangkan, red) minyaknya di ember putih (toples besar, red),” kata Theresia Sanapai Bapan sambil mengecilkan api kompor saat ditemui AcehNews.net di tenda pelatihan home industri Polres Merauke, Rabu (20/1/2021) siang.

Ibu dari tiga anak ini dengan sumringah mengaku senang dan nyaman bekerja di home industri Polres Merauke. Ketimbang harus bekerja tersengat matahari di jalanan seperti sebelumnya menjadi tukang bersih got dan mencari besi tua di sepanjang kota Merauke hingga kampung ekstransmigrasi.

Mama Papua menyimak Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji, bagaimana cara membuat minyak goreng dari kelapa. | Hidayatillah


Sebagai seorang perempuan dan tulang punggung keluarga, Ia harus banting tulang agar asap dapur tetap mengepul. Suaminya bukan tidak bekerja, namun menjadi buruh di Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Merauke dengan gaji sekitar Rp150 ribu/hari terkadang masih kurang untuk kebutuhan sehari-hari, apalagi ada rencana menyekolahkan anak yang masih terganjal akta kelahiran.

Maklum, Theresia dan suaminya baru saja mengurus Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) di Merauke setalah datang dari pedalaman kampung Asmat ke Kota Rusa pada 2005 lalu.

“Dulu kita kerja berat, panas-panasan. Sekarang kerja di sini enak, ringan saja. Kita tidak capek kalau cuma belah kelapa, parut, dan masak minyak. Kita mau ikut Bapak Kapolres saja, mau dikasih kerja apa saja kita ikut. Bapak-bapak (suami, red) kalau tidak senang biasanya marah, tapi ini kita kerja di home industri tidak apa-apa, mereka senang dan diizinkan kita kerja di sini,” beber Theresia.

Sudah dua minggu dilatih di home industri Polres Merauke, Theresia bersama perempuan lainnya sudah semakin mahir membuat minyak goreng. Keterampilan itu akan dihadiahkan kepada keluarganya terutama anak-anak dan suami.

Apalagi selama dibina, AKBP Untung Sangaji menanggung makan selama berada di tenda pelatihan Polres Merauke sekaligus kebutuhan keluarga perempuan Papua yang berdomisili di Pintu Air Merauke itu mulai dari beras, supermi, baju, sikat gigi, odol, sabun mandi, sendal, tempat menyimpan pinang, pembalut dan lain-lain. Sehingga keluarga di rumah yang ditinggal bekerja, ada jaminan sandang dan pangan.

“Kemarin kita dikasih baju bagus, sandal dan sembako juga tercukupi dari Bapak kapolres. Sekarang masih ada, nanti kalau beras habis langsung minta di bapak Kapolres,” ujarnya.

Dikesempatan yang sama, Selestina Sanapai Bapan kepada media ini menceritakan awal pertemuannya dengan Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji. Kala itu, Selestina bersama perempuan Papua lainnya sedang berjalan menggendong karung menyisiri jalan mencari besi tua di Kota Merauke.

Tiba di Jalan Parakomando, tak disangka seorang pria berbaju dinas polisi yang ternyata Kapolres Merauke mau menyapa sekaligus membagikan sembako berupa beras dan supermi yang diambil dari mobil Jeep putihnya.

“Rasanya senang sekali. Baru ketemu di jalan, paitua Kapolres kasih beras dan supermi kemudian suruh kita ke sini bekerja. Jadi kita memilih kerja di sini, kita tidak mau cari makan ditempat lain lagi. Kapolres sudah kasih kita kerja, lebih rasa nyaman juga,” lugasnya.

Ibu dari empat anak ini merasa sudah tercukupi kebutuhan hidup sehari-seharinya sejak bekerja di home industri yang tidak terlalu menguras tenaga. Jika sebelumnya, bekerja memulung besi tua dengan berjalan kaki dari pagi hingga malam bisa mendapatkan uang Rp250 ribu hingga Rp300 ribu.

Kini bekerja di home industri Polres Merauke tidak susah-susah lagi berjalan kaki karena pagi pukul 08.00 WIT ada petugas polisi yang menjemput 21 perempuan Papua di tempat tinggalnya dan setelah pekerjaan selesai jam 15.00 WIT, mereka diantarkan pulang menggunakan mobil polisi.

“Tidak susah buat minyak goreng dan haluskan batok kelapa. Harapannya ingin kerja di sini supaya bisa lancar, bisa dapat gaji juga. Kerja dijemput, pulang diantar. Dikasih makan enak. Jam 12 makanan minuman sudah ada, kita mau makan ya tinggal makan, siapa yang mau istirahat langsung makan nasi dan bisa kunyah pinang,” harap Selestina.

Sementara itu, Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji, kepada AcehNews.Net menuturkan, pelatihan bagi 21 perempuan asli Papua asal pedalaman Asmat itu sudah hampir rampung.

Polisi penerima sertifikat dan penghargaan dari minister for Communications Singapore dan Under Ambrella and Mission Sacre of United Nations dan A.D.C.A.I.T Bangkok ini, selalu memberikan penjelasan dan mengawasi secara rutin pekerjaan lanjutan home industri sehingga mutu dan produksinya tetap baik dan berkualitas serta perempuan Papua bisa mandiri dikemudian hari.

“Satu minggu setengah lagi selesai (pelatihan home industri, red),” terang Kapolres via telepon seluler, kemarin.
Ayah dari putri cantik Ayra ini berencana memberikan pekerjaan home industri kepada masyarakat Papua yang telah dibina untuk dilanjutkan dirumah masing-masing dengan menyediakan alat/mesin penunjang.

Dengan syarat harus mengikuti aturan yang berlaku sehingga berkelanjutan, terawat dan meningkatkan kesejahteraan hidup maupun ekonomi masyarakat itu sendiri. Harapannya, masyarakat terhindar dari perbuatan jahat atau menyimpang, Merauke tetap menjadi daerah yang damai, aman, dan keren.

“Mereka akan kita siapkan kerja di rumah bila bisa menjawab baik peraturan kerjanya,” demikian tandas AKBP Untung Sangaji. (Hidayatillah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *