Kisruh Galeri Wisata Balee Inong Berakhir dengan Pengembalian Kunci

BANDA ACEH | AcehNews.net – Sangat miris, 30 Usaha Kecil Menengah (UKM) Balee Inong akan kehilangan tempat yang selama ini di pinjam pakaikan Pemerintah Kota (Pemko) hanya lantaran ada oknum di Polda yang ingin menyewa Galeri Wisata Rp10 juta/tahun untuk dijadikan kafe.

Rencana merelokasi para UKM yang 95% adalah perempuan sebagai pelaku usaha home industry untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Pemko ingin memindahkan sesegera mungkin para UKM yang umumnya adalah perempuan korban konflik dan tsunami (tak sedikit yang berstatus single parent).

“Status bangunan ini milik Pemko Banda Aceh dibawah pengelolaan Dinas Perikanan Banda Aceh. Mau disewakan sebagai Kafe untuk Polda. Pemko pikir sudah tidak digunakan lagi para UKM Balee Inong,” jelas Kadi Pendapatan Kekayaan Aset Daerah (DPKAD) Kota Banda Aceh, Purnama Karya, Jumat kemarin (06/10/2017) kepada wartawan, di depan Galeri Wisata untuk melihat langsung bangunan yang sudah dibobok oleh pihak oknum yang ingin menyewa Galeri Wisata.

Galeri Wisata milik Pemko ini diresmikan pada awal Mei 2017 lalu, semasa Walikota lama, Illiza Sa’aduddin Djamal. Menurut Ketua dari Galeri UKM Balee Inong, Rasyidah, galeri ini untuk menampung produk UKM dari 90 desa di 9 Kecamatan di Banda Aceh. Galeri yang masih direhab ini untuk meningkatkan perekonomian keluarga, yang umumnya pelaku usaha adalah ibu rumah tangga yang menitipkan barang mereka di galeri ini.

Selain itu, kata Rasyidah lagi, dia juga membenarkan, bahwa bangunan itu sudah diminta kembali oleh Pemko Banda Aceh dan sudah ada kesepakatan dari para UKM akan dipindah ke lokasi lain karena galeri itu akan disewa dan dijadikan kafe.

“Kemarin (Kamis) saya lewat dengan sepeda motor lihat galeri, kok pintu galeri terbuka dan banyak tukang sedang membobok bagian dalam, padahal di dalam masih ada barang-barang kami. Ini yang tidak bisa kami terima,” ujar Rasyidah.

Rasyidah mengaku, sebelum diresmikan menjadi tempat Galeri Wisata pada awal Mei 2017 lalu, tempat itu hanya lapak penjualanan ikan yang terbengkalai. Melihat tempat penjulanan ikat yang terbengkalai itu, pendiri Balee Inong dan penggagas berdirinya galeri ini pun meminta kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Banda Aceh agar bagunan yang belum ada dinding dan atap itu sebagai tempat bagi para UKM di Banda Aceh menjual hasil produk home industri mereka.

“Saya ini warga di Kecamatan Meuraxa ini juga. Setiap hari saya melewati lapak ikan yang terbengkalai itu, hingga terpikir oleh saya kenapa tidak dimanfaatkan saja dan saya pun mencari tahu siapa pemilik lapak penjualanan itu. Hingga akhirnya lapak ikan itu di pinjam pakaikan kepada kami. Pagi kami berjualan dan sore kami membawa pulang dagangan kami. Terus saya pun berpikir untuk mengajukan proposal agar lapak itu dibangun hingga menjadi galeri dan Mei lalu telah diresmikan. Ada 30 UKM yang tertampung produknya di sini, 95 persen adalah ibu rumah tangga, mereka korban konflik dan tsunami, tak sedikit juga maaf janda korban konflik dan tsunami. Galeri ini untuk memasarkan produk mereka dan membantu meningkatkan perekonomian keluarga mereka,” papar Rasyidah.

Sekitar sembilan bulan setelah peresmian, galeri tidak dibuka maksimal karena sedang di rehab di dalam agar galeri lebih bagus lagi. Belum selesai direhab, dia sudah mendengar kabar kalau akan dipindahkan ke lokasi lain karena galeri mau dipakai untuk kafe.

Purnama mewakili Pemko Banda Aceh akhirnya membenarkan kalau gedung itu masih dipergunakan meski menurutnya tidak produktif seperti awal diresmikan. Untuk itu Pemko Banda Aceh berniat ingin menyewakan galeri itu untuk kafe.

“Ada individu yang ditunjuk Polda Aceh untuk mengelola Kafe. Dia mengirim surat minta disewakan dan telah didisposisikan oleh Walikota. Masih diproses untuk penyewaannya, belum final. Penyewa atas nama individu (peminat). Orang yang nanti ditempatkan Polda di sini. Tanyakan saja biar lebih jelas lagi sama pihak Polda, tanyakan saja sama mereka (Polda) siapa pengelolanya,” kata Purnama kepada para wartawan di Banda Aceh.

Purnama juga menambahkan keterangan lain, meski sudah disposisikan oleh Walikota Banda Aceh namun diminta untuk dipelajari sesuai dengan ketentuan. “Ibu-ibu ini sudah ketemuan dengan pihak Polda beberapa hari lalu. Sudah dijelaskan dan kemudian rapat membahas relokasi. Memang barang masih ada di dalam, tetapi kami tidak diberitahukan pihak yang akan menyewa, tau-tau dapat kabar sudah dibobok,” kata Purnama.

Selain itu katanya lagi, di dalam surat permohonan oknum dari Polda Aceh itu, membuat surat permohonan sewa dengan biaya Rp10 juta/tahun. “Dia minta sewa, kita lagi pertimbangkan berapa biaya yang layak untuk disewa. Lagi proses, belum final, katanya untuk pos polisi saat even Sail Sabang kemudian digunakan untuk kafe,” jelasnya lagi.

Kabid Humas Polda, Kombes Pol Goenawan yang dikonfirmasi AcehNews.net lewat WhatsApp mengatakan, apa yang disampaikan Pemko Banda Aceh tidaklah benar. Penyewaan Galeri Wisata yang akan digunakan untuk kafe, kemudian mengatasnamakan Polda dengan menunjuk oknum itu tidak benar.

“Tidak mungkin Polda seperti itu. Tidak benar. Tidak ada kaitan dengan Polda,” tulis Goenawan via WA, membalas konfirmasi yang dilakukan AcehNews.net.

Dari amatan AcehNews.net melalui pintu samping jeruji besi di dalam terlihat galeri dipenuhi pecahan batu bekas dibobok. Terlihat juga barang-barang milik para UKM masih terdapat di dalam galeri.

Kunci Dikembalikan Penyewa ke Pemko
Kota Banda Aceh memiliki galeri wisata representatif dengan diresmikannya Galeri Wisata Balee Inong yang menjual produk kerajinan masyarakat setempat, khususnya kaum perempuan. Di dalamnya sedikitnya terdapat 30 UKM yang 95% adalah perempuan korban konflik dan tsunami. Kini tempat tompangan pemasaran hasil produksi para UKM itu akan dipindakan ke lokasi lain lantaran galeri mau disewakan untuk kafe oleh pihak Pemko Banda Aceh kepada oknum di Polda.

Kisruh kecil pun terjadi, tat kala, pemindahan belum dilakukan dan barang-barang masih ada di dalam geleri, pihak yang ingin menyewa sudah membobok bangunan di dalam sehingga mengotorkan dan merusak barang yang masih ada di dalam, seperti kain plaminan, kue, kulkas, komputer, dan barang lainnya.

Pada Jumat sore harinya, Rasyidah menginformasikan kepada AcehNews.net, sekitar jam 13.00 WIB, dia mendapat kabar bahwa penyewa membatalkan niatnya menyewa galeri dan telah mengembalikan kunci ke pihak Pemko Banda Aceh.

“Saya diberitahukan pihak Pemko, kunci sudah dikembalikan kepada Pemko dan tidak jadi menyewa. Kini kunci masih sama pihak Pemko, katanya pihak Pemko mau membersihkan pecahan-pecahan batu di dalam bangunan,” demikian kata Rasyidah dengan nada suara yang bahagia via hanphone kepada AcehNews.net di Banda Aceh. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *