Usaha parfum isi ulang (refill) adalah salah satu bisnis yang baru berkembang dan semakin banyak digeluti wirausahawan muda di Ace. Bisnis ini memang sangat menjanjikan sebab harum rupiah yang diraup seharum wangian parfum isi ulang yang dijual ke costumer.
CV Jawas Mandiri Pratama salah satu perusahaan yang tertarik dengan bisnis ini. Sebelum membuka usaha, melakukan survei lokasi, dan karakter masyarakat Aceh selama tiga bulan. Setelah hasil survei menunjukan hal pangsa pasar yang menjanjikan, baru kemudian membuka usaha refill parfum di Kota Banda Aceh pada 2007.
Waktu itu kata owner CV Jawa Mandiri Pratama, Syarif Umar (24), usaha sejenis bisa di Banda Aceh masih bisa dihitung dengan jari. Sebut Syarif baru ada dua usaha isi ulang parfum pada waktu itu, 2007. Seiring perkembangannya bisnis isi ulang parfum ini pun melebarkan “sayap” di beberapa kabupaten/kota lainnya di Aceh.
Papar Syarif, di era sebelumnya, usaha ini dikuasai sepenuhnya oleh industri-industri pewangi internasional. Berbagai merek parfum internasional membanjiri pangsa pasar dalam negeri. Dan kini, dengan semakin terbukanya jalur informasi, menjadikan masyarakat bisa mengetahui seluk–beluk usaha ini dengan mudah, terutama dalam proses pembuatannya.
“Pada waktu usaha ini dibuka, masyarakat Aceh belum mengenal betul bisnis isi ulang parfum. Melihat hal ini maka langkah awal yang dilakukan yaitu melakukan gebrakan promosi di koran dan radio. Memasang iklan edukasi tentang apa itu Luzi parfum dan keuntungan apa saja yang didapatkan masyarakat dengan isi ulang parfum di Luzi Parfum,” kata anak ketiga dari enam bersaudara pasangan Umar Hsan dan Tsuwaibah.
Rinci pria berparas arabian ini, modal awal untuk membuka usaha isi ulang parfum dari Eropa ini hampir mencapai Rp2 miliar. Membeli toko sekitar Rp1,4 miliar, untuk isi parfum dengan ratusan varian sekitar Rp300 juta dan biaya promosi di media cetak dan elektronik total Rp10 juta.
Kini perkembangannya, dari memiliki lima orang pekerja, CV Jawas Mandiri Pratama di Aceh sudah memiliki 17 pekerja di tiga kantor cabang mereka yang dua berada di Banda Aceh dan satu di Kota Langsa. Omset yang diraup per bulan mencapai sekitar Rp500 juta untuk empat tempat usahannya itu.
Syarif mengatakan, usaha yang dibangun dengan meneruskan usaha orangtuanya ini memiliki prospek yang cukup menjanjikan untuk digeluti di Aceh maupun di daerah lainnya di Indonesia. Karena jika dilihat dari gaya hidup masyarakat urban di perkotaan yang mulai beralih menggunakan parfum produk lokal maupun internasional ke refill parfum.
Selain hemat, wangian yang disediakan juga jumlahnya banyak variasi dan masyarakat dengan mudah mendapatkan parfum-parfum dengan merek terkenal di toko-toko isi ulang parfum dengan botol-botol yang menarik dan murah harganya.
Deretan botol-botol parfum bermerek berjejer di rak kaca Luzi Parfu, menjadi daya tarik sendiri|Saniah LS
Di Luzi Parfum di Jalan T Hasan Dek, Banda Aceh, sebut Syarif, sehari ada sekitar 100 konsumen yang datang mengisi parfum isi ulang di sini. Omsetnya dapat mencapai Rp60 juta hingga Rp70 juta per bulan. Itu baru satu tempat, kalau digabungkan bisa mencapai Rp500 juta per bulan, sebut dia lagi.
“Prinsip berbinis usaha isi ulang parfum, memberi kepuasan, dan menjaga kedekatan dengan konsumen mereka. Membuat terobosan-terobosan baru misal menambah dan melengkapi varian-varian bibit parfum, memberi hadiah, dan menerima komplain,” ujar Syarif berbagi tips usaha yang banyak digeluti anak muda ini.
Menurut dia lagi, jika konsumen puas dengan pelayanan yang diberikan dan merasa memiliki kedekatan, maka konsumen tidak lari ke tempat lain dan merekomendasikan kepada costumer lain untuk datang ke tempat dia mengisi ulang parfum.
Luzi Parfum telah memiliki sekitar 400 varian dari berbagai merek parfum terkenal di dunia. Per cc parfum isi ulang dibadrol mulai dari Rp2.000-Rp5.000 dan serta menyediakan botol isi ulang dari cc terkecil hingga cc terbesar dengan bentuk-bentuk dan warna yang menarik. (saniah ls)
