Menyambut Hari Difabel Internasional
Difabel di Mata Arabiyani

AcehNews.net – Pada 3 Desember setiap tahunnya di peringati sebagai Hari Difabel Internasional. Momen ini membuat AcehNews.net mengintip ‘jendela perempuan’ di media sosial, untuk mengetahui seberapa peduli para Caleg Perempuan di Aceh terhadap penyandang disabilitas.

Lewat akun FB pribadi Arabiyani, Caleg perempuan dari Partai Aceh Nomor urut 2 ini, AcehNews. Net ingin berbagi cerita soal difabel dari kacamata aktifis perempuan yang sempat di-bully karena keberaniannya mengungkapkan pendapat soal hymne Aceh di media beberapa waktu lalu.

Simak yuk apa kata Aya (panggilan akrabnya Arabiyani) dibawah ini:

Sebelumnya saya hanya mengenal kata “cacat” atau “tidak normal”. Sekarang saya baru paham, bagaimana memberikan penamaan kepada teman kita yang memiliki fisik tidak seperti orang pada umumnya. Karena Allah hanya menciptakan makhluk sempurna dengan segala keistimewaan padanya. Tapi kita manusia justru menyebut ciptaan Allah itu; tidak sempurna.

Pemberian istilah ini juga diikuti dengan lahirnya kebijakan yang mengasingkan mereka, mencabut mereka dari lingkungan yang harusnya mencurahkan dukungan. Misalnya harus ada sekolah khusus disebut Sekolah Luar Biasa. Sekolah orang Non Biasa alias tidak normal. Label cacat dan penglokalisiran yang mencabut hak mereka sangat tidak wajar dilakukan. Sukurnya kebijakan ini berangsur membaik sekarang.

Saya menemukan kata difabel. Berasal dari kata Different Ability atau Kemampuan berbeda. Ya benar sekali. Saya nontoh Oprah Show, bagaimana seorang anak laki-laki buta bisa bepergian kemana-mana dengan modal decakan lidahnya. Decakan itu memberinya informasi bagaimana situasi sekitarnya. Apakah ruang terbuka, tembok, lorong, ada meja kursi dan sebagainya. Sungguh kemampuan istimewa.

Saya juga punya langganan urut, Kak Ainal, mungkin warga Banda Aceh kenal, dulu tempat prakteknya di dekat Gedung Sosial. Dia tidak dapat melihat, tapi dia masak pakai kompor minyak tanah, mengambil air dari sumur yang jauh dari dapurnya. Semua dilakukan sendiri.

Baru-baru ini saya menonton gadis kecil pelukis, penyandang difabel yang melukis sambil tiduran. Lukisannya indah luar biasa.

Bersyukur saya mengenal kata difabel, dan akan ikut mengkampanyekan penggunaanya. Saya juga memasukkan dalam visi misi saya, rencana khusus legislasi dan penganggaran serta pengawasan yang mentargetkan penyandang difabel, kelak apabila saya terpilih. (Saniah LS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *