Bermodal Rp13 Ribu, Mahasiswi ini Menggeluti Bisnis Sampingan

AcehNews.Net – Dulu hanya mengisi waktu luang dengan merajut, siapa sangka kini hobi baru yang “diwarisi” dari sang Ibu kini malah, bisa menghasilkan dan menambah pendapatan bagi Hanum, mahasiswi Fakultas Pertanian, Jurusan Agrotehnologi Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) di Banda Aceh.

Remilda Hanum, gadis asal Susoh, Aceh Barat Daya adalah salah satu perempuan Aceh yang kini telah menggeluti bisnis berbagai bentuk hasil kerajinan tangan dari rajutan. Keahliannya ini didapati dan dipelajarinya sejak kelas 6 Sekolah Dasar (SD). Dari sinilah Hanum (panggilan akrabnya) mengaku, mulai tergiur dan serius melakoni hobi yang menghasilkan rupiah ini.

Hanum, Mahasiswi Fakultas Pertanian Unsyiah|Nita Juniarti

Hanum, Mahasiswi Fakultas Pertanian Unsyiah|Nita Juniarti

Bersama AcehNews.Net disela-sela kesibukannya, gadis berusia 22 tahun ini mulai bercerita tentang bisnis yang bisa menginspirasi bagi banyak orang, beberapa waktu lalu di Banda Aceh.

“Mulai dari kelas 6 SD saya diajari merajut sama Mamak (sebutan Ibu), lumayan lama belajarnya. Belajar sampai berapa bulan. Dan sejak kelas 1 SMA saya sudah mulai menjual hasil rajutan saya ini, memulai dari menjual bros rajut. Pada 2014, tahun lalu tepatnya, saya sudah memulai membuat tas dan menerima pesanan, dari konsumen saya,” cerita Hanum, awal perjalanan bisnis rumahannya ini.

Hobi merajut membuat mahasiswi Fakultas Pertanian Unsyiah ini menjadi pengusaha muda di media sosial. Mahasiswi yang mengambil Jurusan Agrotehnologi ini sudah beberapa tahun menjalankan usaha rajutnya. Saat ini, usaha ini diberi nama Crochetlicious, nama yang sama pula untuk instagramnya. Dara jelita kelahiran 22 Maret 1993 silam ini kembali bercerita, kata dia, mulai 2014, usahanya ini menghasilkan bermacam-macam item produk dari rajutan. Bermula dari bros kemudian topi, bunga, tas, taplak mej,a dan tutup gallon.

“Saya kebanjiran orderan tas karena pada 2014 hingga 2015, tahun ini, karena kerajinan tangan dari rajutan sedang naik daun,” jelas Hanum.

Setia hari Hanum mengaku membuat rajutan, biasanya untuk dipakai sendiri tapi sampai di kampus ada yang tertarik kemudian memesan dan membelinya. “Ini cara saya mempromosikannya. Kemudian mengikuti perkembangan zaman, saya juga memapangkan hasil rajutan saya melalui instagram,” kata Hanum.

Sebutnya, sejak Juni 2014 dan setiap bulan kemudian, akunya kepada AcehNews.net, dia menerima pesanan, 10 hingga 15 tas rajutan. Saat ini tas rajutan lagi diminati kaum hawa, Hanum tidak mematok harga terlalu mahal tetapi tetap menjaga kualitas dan model tas rajutan bikinan rumah usahanya ini. Harga tas rajutannya dibadrol dari Rp70 ribu hingga Rp200 ribu dilihat dari ukuran dan tingkat kesulitannya.

Bisnis sampingan yang dilakoni Hanum masih terbilang usianya masih sangat muda. Namun dia menjalankan secara serius, meski diakuinya belum fokus menjadi bisnis yang besar, tapi Hanum memiliki mimpi untuk mengembangi usahanya ini. Hanum juga berharap, ke depannya, usaha sambilannya ini benar-benar menjadi sebuah usaha yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan.

Untuk itu dara ini, memiliki mimpi, ingin punya toko khusus rajutan. Di mana nanti di tokonya itu, mahasiswi ini akan membuka kelas merajut dan menjual peralatan merajut terlengkap (berbagai harga dan ukuran). Karena menurutnya inilah peluang usaha yang sangat menjanjikan jika dikelola serius dan profesional.

“Sekarang masih hanya sebatas orderan, jika ada yang pesan baru dibikin dan dijual. Saya sekarang ini belum terlalu fokus, karena ingin menyelesaikan kuliah saya dulu,” tuturnya malu-malu.

Produk rajutan Hanum yang bermodalkan Rp13 ribu ini sudah menembus pasar dalam negeri dan pemesanan hingga ke Bandar Lampung dan beberapa wilayah lainnya di Indonesia. Sedangkan  untuk lokal sudah menembus Ibukota Provinsi Aceh dan tanah kelahirannya,  Aceh Barat Daya.

Meski demikian Hanum belum cukup puas, dia mengaku terus belajar menghasilkan kreasi baru dari rajutan yang mengikuti tren. “Merajut, memerlukan orang-orang yang kreatif, sabar, dan teliti. Merajut itu butuh kesabaran, selain proses merajut itu lama, teliti karena dasarnya hitung-hitungan, bekerja harus fokus jika salah harus bongkar ulang dan harus kreatif,” kata Hanum berbagi tips.

Hanum yang kini sudah memiliki patner kerja, teman satu kosnya untuk urusan menjahit poring tas mengaku saat ini belum berniat mencari karyawan, tetapi dia siap mengajari siapa saja ingin belajar rajutan gratis kepadanya. (nita juniarti)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *