BANDA ACEH | AcehNews.net – Hijab, menjadi salah satu bisnis yang sangat menjanjikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Apalagi jika bisnis yang dibangun dan dikembangkan ini, target pasarnya perempuan muda yang daya belinya lebih tinggi dibandingkan perempuan dewasa.
Dia, M. Yunus Azhari. Terakhir bekerja di perusahaan akhir November 2017. Dan pada awal Desember, anak muda yang pernah heboh di media massa setahun lalu karena ingin mencalonkan diri sebagai Gubernur Aceh ini, nekat buka bisnis dengan modal awal sebesar Rp500 ribu.
Ketika ditanya AcehNews.net, bukan kah lebih asyik bekerja di perusahaan, tinggal menerima gaji, nga susah mikir2 gimana kelola usaha hingga meraup keuntungan. Namun anak muda berdarah Aceh tulen menjawab, cukup menganggetkan.
“Bukan kah jauh lebih keren menjadi enterpreuner dari pada karyawan. Kerennya kita bisa membantu pemerintah membuka lapangan pekerjaan baru. Membantu mengurangi angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin, ” ucap pria lulusan sarjana hukum Universitas Indonesia ini mantab.
Bekerja seumur hidup di perusahaan besar, bagi Yunus (panggilan akrabnya), bukanlah cita-cita ideal sebagai generasi muda. Bekerja sebagai karyawan, kata dia lagi, hanyalah untuk mencari ilmu dan pengalaman kerja. Selanjutnya, generasi muda harus menjadi pribadi yang mandiri, berdiri tegak, dan berjuang keras, merintis bisnis dari nol.
Pria kelahiran 15 Mei 1994 silam ini, merintis bisnis Hijab Pacific dari dasar. Menurut Yunus, dia memilih usaha ini karena simpel dan sederhana cara berbisnisnya, serta tidak perlu dengan modal yang cukup besar memulainya.
“Kepikir waktu awal akan memulai bisnis ini target konsumen wanita-wanita muda. Karena wanita daya belinya jauh lebih besar di bandingkan laki-laki. Jadi ngak harus bisnis yang langsung keren, bisa dimulai dari hal sederhana tapi pasti pangsa pasarnya,” ujar pria asal Meulaboh ini lagi.
Seperti bisnis brand Hijab Pacific yang didirikan oleh generasi muda Aceh. Kolaborasi bisnis antara M. Yunus Azhari dan Rina Dyasofia Arbie, ini sangat mengispirasi dapat membuka banyak lapangan pekerjaan tidak saja di Indonesia tetapi juga di Aceh.
Bisnis merek ternama Hijab Pacific ini berkantor pusat di Jakarta. Saat ini, brand Hijab Pacific memiliki banyak Distributor dan Reseller di seluruh Indonesia (Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, dan Pulau Sulawesi).
“Memang membangun bisnis itu harus ada plan dan keseriusan. Pentingnya jangan pernah takut mencoba dan memulainya, walau dengan modal yang kecil. Jika yang dipikir soal modal gede, kapan memulainya. Harusnya cara berpikirnya, dengan modal segini, usaha apa yang bisa saya bangun, kemudian baru bikin perencanaan dan lihat yang mejanjikan bisnis apa sekarang ini. Survey dulu pasar, Bismillah, mulai deh,” bebernya penuh semangat.
Usaha brand Hijab Pasific yang dirintis Yunus belum lama ini, pada Mei lalu telah hadir di Malaysia yang bekerjasama dengan distributor di negara tetangga tersebut. “Pintar saja tidak cukup, tapi harus cerdas juga dalam berbisnis.Bisnis tidak hanya mengejar omset, tetapi juga tentang dakwah, dan bermanfaat membangun lapangan pekerjaan bagi Distributor dan Reseller seluruh Indonesia,” ujar Yunus.
Bagi Yunus, dakwah yang dimaksudnya yaitu menyebarkan sunnah Nabi Muhammad SAW untuk berdagang. Aktifis sosial Aceh Barat ini merasa ada kepuasan batin, disaat dirinya bisa bermanfaat bagi masyarakat Aceh dan Indonesia khususnya dengan menjadi Distributor dan Reseller Hijab Pacific.
“Kita pengen edukasi masyarakat melalui bisnis UKM hijab, hingga masyarakat bisa mandiri. Jika ekonomi mereka mandiri pasti berdampak besar ke pendidikan anak mereka dan sosial masyarakat,” ucapnya.
Ketika AcehNews.net bertanya omset yang sudah didapatkan dari bisnis yang cukup mejanjikan ini, lelaki berkulit sawo matang yang ramah ini pun tertawa lebar. “Rahasia aja ya. Dari modal Rp500 ribu, belum setahun, bisnis hijab ini jaringan distributornya sudah ke negeri jiran. Kuncinya, akul yakin, ikutin perkembangan tren, dan penuhi permintaan pasar dalam hal ini konsumen,” demikian pungkas pria yang masih single ini. (saniah ls)