Anugerah Wali Nanggroe Meminimalisir Tsunami budaya  

AcehNews.net|BANDA ACEH – Sekretaris Daerah (Sekda) Pemerintah Aceh, Dermawan mewakili Gebernur Aceh menghadiri malam Anugerah Wali Nanggroe mengatakan, dengan ada malam penganugerahan ini, tak lain langkah untuk melestarikan budaya dan keapedulin pada budaya Aceh. Serta sekaligus menunjukkan identitas keacehan.

“Di Aceh sudah terjadi tsunami budaya  yaitu terkikisnya budaya lokal dengan budaya global,”kata Dermawan mewakili Zaini Abdullah yang berhalangan hadir. Sekitar 500 undangan hadir pada malam Anugerah Wali Nanggroe yang digelar AAC Dayan Dawood  beberapa hari lalu, 16 Desember 2015.

Sementara itu, Wali Nanggroe, Tengku Malik Mahmud Al-Haythar dalam pidatonya ketika pembukaan mengatakan bahwa Budaya merupakan identitas suatu bangsa, yang lahir karena Sikap dan Attitude manusia itu sendiri, ditambah dengan pengaruh lingkungan, serta kepercayaan dan kebiasaan yang lahir serta diamalkan secara natural dalam kehidupan sehari-hari, dan dilakukan secara kolektif, berlansung dari satu generasi kegenerasi berikutnya.

Namun, seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan tingkat pendidikan serta pemahaman manusia, dimana budaya tersebut mengalami akulturasi, baik secara natural atau dengan campur tangan penguasa dalam hal ini pemerintah, hal ini tidak terlepas dari kemajuan Sains dan Teknologi serta arus informasi terbuka seperti sekarang ini.

Anugerah Wali Nanggroe ini diberikan pada kelompok maupun individu yang telah mendedikasikan diri untuk seni, budaya dan sejarah Aceh, dengan adanya anugerah ini, kegiatan mempertahankan budaya semakin membaik.

Ada tiga anugerah yang diberikan yaitu Tanglong Nanggroe atau lembaga data kemukiman, Tudong Nanggroe atau kelompok masyarakat adat,seni dan budaya, dan Dalong Nanggroe. Setiap kategori ada beberapa nominasi namun hanya dipilih tiga yang menjadi juara.

Kategori Penyelenggara Pemerintahan Adat atau Talong nanggro diikuti oleh Kemungkiman Mangat Makmu – Kota Loksemawe, Kemungkiman Simpang Tiga – Bener meriah, Kemungkiman Kandang – Pidie, Kemungkiman Kuala Daya – Aceh Jaya, Kemungkiman Lam Lhom – Aceh Besar, Kemungkiman  Alang Tengah – Simeulu.

Pada Kategori ini Penyelenggara Pemerintah Adat dimenangkan oleh Kemukiman Mangat Makmu – Kota Lhokseumawe. Kategori Penataan Masyarakat Adat dan Budaya diraih Kemukiman Kuala Daya – Aceh Jaya dan kategori Pengelolaan Sumber Daya Alam dimenangkan Kemukiman Alang Tengah – Simeulue.

Kelompok Masyarakat Adat dan Budaya atau Tudong nanggroe diikuti oleh Kelompok Kupiah Mekutop – Pidie, Manik-manik Kasap – Aceh Singkil, Rabbani Wahed – Bireuen, Musara Pakat – Bener Meriah, Saman Lokop – Aceh Timur, Buloh Seuma – Aceh Selatan. Untuk penghargaan diterima berdasarkan kategori.

Kategori Pelestari Kerajinan dan Produk Budaya diraih oleh Kelompok Pengrajin Manik Manik Kasap, Singkil. Kategori Pelestari Kesenian Tradisi diraih oleh Kelompok Kesenian Saman Lokop, Aceh Timur. Kategori Pelestari Lingkungan Hidup berbasis Kearifan Lokal diraih Kelompok Masyarakat Adat Buloh Seuma, Aceh Selatan.

Pelaku Adat dan Budaya Perseorangan atau Dalong Nanggroe diikuti oleh Nasruddin/Syeh Yong Bujang Juara-Abdya, M. Umar M. Taz dari Aceh Selatan, Husni dari Aceh Jaya, Yusuf Saldi dari Bireuen dan Yahya Hanafiah dari Langsa.

Peraih penghargaan Kategori Pengrajin Warisan Seni dan Budaya  dimenangkan oleh Nasruddin (Syech Yong Bujang Juara) dari Abdya. Kategori Penjaga Warisan Adat dan Budaya diraih oleh M. Umar M. Taz dari Aceh Selatan. Kategori Penggiat Lingkungan Hidup berbasis Kearifan Lokal dimenangkan oleh Yahya Hanafiah dari Langsa.

Penghargaan yang diberikan langsung oleh Wali Nanggroe Aceh berupa Thropy Anugerah Wali Nanggroe 2015, SertifikRat Penghargaan dan Dana Pembinaan dari Rp5 juta sampai Rp15 juta dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh dengan pemotongan pajak dan zakat. (nita juniarti)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *