Aksi Demo di ‘Zona Merah’ Pasar Modal

Oleh: Elfiana Sari, Indah Lestari, Muhaini (Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Langsa)

AcehNews. Net – Aksi demo yang lagi marak terjadi belakangan ini ternyata diikuti dengan aksi demo di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia. Betapa tidak, berdasarkan data dari RT1 bussines, selama semingguan terakhir ini ternyata investor asing telah melakukan set sell sebesar Rp2,32 triliun rupiah. Sedangkan net buy yang tercatat adalah sebesar Rp86,06 miliar. Sungguh nilai yang sangat jauh berbeda. Sedangkan pergerakan IHSG selama sepekan ini rat-rata mengalami penurunan point dari level 6.200 ke 6.021 (hingga hari Rabu, 8 Oktober 2019).

Mengutip dari CNBC Indonesia, dalam sebulan ini saja investor asing banyak yang keluar dari pasar saham Indonesia. Aksi demo yang berlangsung menjadi salah satu pemicu sentimen pergerakan indeks saham di Indonesia karena aksi demo yang terjadi dinilai mengangkat isu sensitif di tanah air dengan melibatkan banyak pihak khususnya dari kalangan elit politik.

Sampai detik inipun aksi demo masih berlanjut dalam berbagai bentuk. Ada yang masih turun ke lapangan, diskusi dan debat di media massa baik itu di televisi maupun dalam pemberitaan media cetak dan internet yang menyuarakan keresahan dalam RUU yang baru saja dirancang oleh kaum legislatif tanah air. Sebagai seorang mahasiswa sekaligus investor muda yang sedang berhadapan pada situasi yang tidak menentu seperti sekarang ini, sangatlah membuat resah.

Penulis dan masyarakat umumnya sangat berharap pada kaum eksekutif khususnya presiden untuk segera mengambil peran dan memberikan keputusan yang cepat dalam mengatasi resahnya masyarakat pada RUU yang baru saja digodok dan dianggap tidak memihak bangsa ini.

Sebagai investor juga, apalagi yang baru saja terjun di dunia investasi di Pasar Modal, sangat membutuhkan keadaan negara yang stabil. Untuk penulis yang belum seberapa memberikan sumbangsihnya pada negara ini mungkin tidak lah terlalu penting. Akan tetapi bagaimana nasib para investor dengan modal yang beratus-ratus juta bahkan miliaran? Bahkan negara inipun akan bangkrut jika tidak disokong dengan dana-dana investor baik dari dalam maupun luar negeri.

Untuk investor asing, jika mereka kabur bagaimana? Menurut hemat penulis, saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah gencar-gencarnya mensosialisasikan aksi nabung saham ke berbagai lapisan masyarakat. Menurut amatan penulis juga dari berbagai media, dan penulis sendiri merupakan penggerak masyarakat untuk menabung saham di Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Syariah yang bertempat di Galeri Investasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, pemerintah harus menyelamatkan para investor domestik karena mereka juga mempunyai peran penting dalam memajukan perekonomian negara. Sehingga suatu saat negera ini tidak memerlukan investor asing untuk menaikkan perekonomian cukup dengan investasi yang diberikan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, walau dalam jumlah kecil akan tetapi jika dilakukan dalam keadaan massif bisa jadi akan melebihi jumlah dana investor asing di Pasar Modal kita sendiri.

Selain itu, meminimalisir adanya spekulasi bursa saham yang dilakukan pihak-pihak asing, sehingga perekonomian kita tidak gampang disetir dan dikendalikan oleh ‘tangan-tangan luar’. Jadilah negara yang beradidaya, mandiri, dan sejahtera. Kami mohon kepada pemerintah untuk mendengarkan, peduli, dan melihat keadaan bangsa sendiri. Jangan ada kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan yang akhirnya menzalimi kepentingan bangsa.

Sudah saatnya negara ini menjadi negara yang bersih dari Korupsi, berbudaya santun, tidak harus sekuler, sehingga tercipta perekonomian yang bersih, adil dan merakyat.

Zona merah IHSG adalah pertanda perekonomian kita yang meringsek turun. Zona merah IHSG juga merupakan sinyal kepemerintahan yang belum baik dalam suatu negara. Sebagai bangsa yang baik sudah sepatutnya untuk terus mengkawal pemerintah dalam kebijakan-kebijakannya, agar arah tujuan bangsa dan negara tidak melenceng dan sesuai seperti cita-cita para pejuang kita dahulu. (*/Photo Ilustrasi:ekoonomi.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *