Merasa Tak Dilibatkan dalam Pemerintahan,
Todat Perempuan Aceh Besar Curhat ke Wali Nanggroe

BANDA ACEH – Puluhan perwakilan tokoh adat perempuan (tuha peut mukim) Aceh Besar bertemu Wali Nanggroe Aceh Tgk Malik Mahmud Al-Haytar di Gedung Majelis Adat Aceh (MAA), Senin (5/1/2015).

Dalam pertemuan yang digelar pada pukul 11.20 -13.20 WIB tersebut, wali nanggroe mendengarkan langsung sejumlah permasalahan yang dihadapi perempuan dalam keangotaan tuha peut seluruh mukim di Aceh Besar.

Usai pertemuan, Murni, tokoh Tuha Peut Mukim Blang Bintang mengatakan, kepada wali nanggroe mereka mengadukan sejumlah persoalan yang dihadapi perempuan di lapangan seperti tidak diikutsertakan secara aktif dalam menyikapi masalah di gampong.

“Alhamdulillah, seusai bertemu wali kami merasa lega, karena wali telah mendengarkan keluh kesah kami yang hanya dijadikan pelengkap saja dalam keanggotaan mukim maupun gampong,” ujarnya.

Kata Murni, sesuai peraturan Bupati Aceh Besar Nomor 10 Tahun 2007  telah menegaskan tentang pentingnya keterlibatan perempuan dalam pemerintauan gampong dan mukim di Kabupaten Aceh Besar dengan menyebutkan perlibatan 30% perempuan.

“Tapi di lapangan nama kami hanya jadi tempelan dan tidak diikutsertakan dalam penyelesaian masalah di gampong maupun mengambil kebijakan di tingkat gampong dan mukim yang hanya diperankan oleh kaum bapak-bapak saja. Kami sangat berterima kasih pada waliyang  telah mau membantu kami dalam menyelesaikan hal tersebut,” ujarnya.

Saat ini, sambungnya dari 67 mukim di Aceh Besar hanya empat mukim yang diketahui menempatkan perempuan dalam struktur pemeritahannya yaitu Mukim Siem, Mukim Aneuk Batee, Mukim Lampu’uk dan Mukim Blang Bintang.

Menanggapi persoalan yang diadukan tokoh perempuan tersebut, Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud, mengatakan, dirinya akan mengoordinasikan kembali kepada tokoh adat lain untuk memberdayakan perempuan dalam tugas-tugas adat.

Selama ini wali nanggroe mengaku tidak mengetahui permasalahan yang dihadapi tokoh adat perempuan tersebut. “Namun kedepan kita akan dorong tokoh perempuan untuk dapat mengambil bagian dalam membangun penguatan adat. Kita akan lihat lagi ke lapangan bagaimana prosesnya nanti,” tutup Malik  Mahmud. (atjehlink)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *