Tekan Angka Stunting di Aceh, UTU dan BKKBN Gelar Sosialisasi Ketahanan Keluarga

MEULABOH | AcehNews.net – Angka stunting dan gizi buruk di Indonesia masih di atas toleransi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, toleransi WHO untuk gizi buruk adalah 10 persen dan stunting 20 persen. Sementara Indonesia masih 30 persen, dan angka stunting di Aceh masih cukup tinggi diatas rata-rata nasional.

Saat ini pemerintah terus berupaya menurunkan angka gizi buruk dan stunting. Bahkan Presiden Joko Widodo meminta agar program penurunan angka stunting dan gizi buruk di tengah pandemi Covid-19 diteruskan sebagai salah satu program prioritas nasional.

Untuk mendukung program pemerintah dalam usaha penurunan angka stunting dan gizi buruk di Aceh, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar bekerjasama dengan Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh menyelenggarakan Sosialisasi Ketahanan keluarga Bersama Mitra.

Kegiatan sosialisasi ini dibuka oleh Rektor UTU, Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE, MBA dan kegiatan ini diikuti ratusan peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen UTU, mitra kerja, Penyuluh KB, dan OPD KB Aceh Barat. Selain itu juga diikuti ratusan peserta secara daring melalui aplikasi zoom meeting.

Turut hadir mengisi materi pada kegiatan sosialisasi ini adalah Kepala BKKBN Republik Indonesia, Dr (HC). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. Edi Wuryanto, SKP, M.Kep, Deputi ADPIN, Nofrijal SP.MA, Kepala Perwakilan BKKBN Aceh Drs. Sahidal Kastri, M.Pd, dan dihadiri Bupati Aceh Barat, Ramli, MS.

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Sahidal Kastri dalam laporannya menyampaikan Universitas Teuku Umar merupakan kampus yang terletak di jalur strategis bagian Barat Selatan Aceh. selain itu, kata Sahidal, hanya kampus UTU yang memiliki FKM dibawah naungan Universitas Negeri di Aceh. Sebelumnya, lanjut Sahidal, UTU juga telah memiliki MoU dan MoA dengan BKKBN Aceh.

“Jadi keberadaan kampus UTU sangat strategis dalam upaya pendidikan masyarakat di pantai Barat Selatan Aceh, tentang pencegahan gizi buruk, stunting dan lainnya,” ujar Sahidal.

Sahidal juga mengatakan, lembaganya akan terus memperkuat kemitraan dengan perguruan tinggi lainnya, guna mensukseskan program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Barencana) di daerah Aceh0.

Kepala BKKBN RI, Dr (HC) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) dalam pemaparannya mengatakan, provinsi paling ujung barat Indonesia ini berada di urutan ketiga nasional tertinggi angka Stunting. ini satu kondisi yang sangat mengkhawatirkan, sehingga diperlukan peran aktif semua pihak untuk upaya pencegahan stunting terutama perguruan tinggi.

“Stunting adalah suatu kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umur. Atau mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya,” ujar Hasto

Hasto juga menyebutkan, tugas BKKBN tidak saja penurunan angka stunting, tetapi juga menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, dan membangun ketahanan keluarga.

Oleh sebab itu, kata Hasto, ketiganya berkaitan, stunting, SDM unggul, dan ketahanan keluarga.

“Jika angka stunting dapat kita turunkan, maka SDM unggul akan tercipta, dan ketahanan keluarga akan terbangung. Dengan demikian keluarga berkualitas dan sejahtera akan cepat terwujud,” ujarnya.

Hasto menambahkan, stunting tidak hanya menghambat perkembangan tubuh saja, juga sangat berpengaruh pada perkembangan otak anak. Kasus stunting selain dipengaruhi oleh kesehatan reproduksi, juga disebabkan pola asah, asuh, dan asih dari orangtua.

“Kami mengajak kepada semua pihak untuk memahami tentang stunting, sehingga semua masyarakat dapat mencegah, kami menyampaikan apresiasi kepada Universitas Teuku Umar yang telah peduli terhadap kasus tersebut, pendampingan dapat dilakukan dengan berbagai program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan tri dharma perguruan tinggi,” kata Hasto.

Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR RI, Dr. Edy Wuryanto, SKP, M.Kep, pentingnya dukungan pemerintah daerah, dewan, dan masyarakat dalam mensukseskan program Bangga Kencana.

Dijelaskannya ada perubahan strategi penggarapan program, dulu program difokuskan pada masalah kependudukan dan Keluarga Berencana (KB), sekarang lebih fokus pada pembangunan keluarga. Pada program Bangga Kencana ini keluarga menjadi entry point dalam intervensi program yang dilaksanakan BKKBN.

“Program ini diarahkan bagaimana masyarakat mempunyai perencanaan saat berkeluarga, mempunyai anak, pendidikan, Kesehatan, dan sebagainya. Sehingga,gol nya nanti akan terbentuk keluarga-keluarga berkualitas dan sejahtera nantinya di Aceh khususnya,” jelas Edy.

Bupati Aceh Barat, Ramli MS mengatakan dukungannya terhadap Program Bangga Kencana yang diinovasi dengan kearifan lokal. Ia mencontohkan program Kampung KB dinilainya sangat bagus, dimana lintas sektor bersinergi membangun desa, baik infrastruktur maupun SDM nya.

“Ada masyarakat yang ‘elergi’ saat disebut KB, untuk itu kita ganti namanya menjadi Kampung Muslimin. Kita sesuaikan kearifan lokal. Sehingga program ini tetap berjalan,” kata Bupati Ramli.

Rektor Universitas Teuku Umar, Prof. Dr. Jasman J. Ma’ruf, SE., MBA mengatakan, UTU telah mengambil penting dalam menangani kasus stanting, khususnya yang terjadi di Aceh. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan kajian, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat terutama melalui Fakultas Kesehatan Masyarakat.
(Hidayatillah/ril).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *