Pasca Tsunami
Susi dan Kedekatannya dengan Aceh

Susi menjadi orang pertama yang berhasil mendarat di Aceh. Daerah pertama yang dituju oleh ibu tiga anak ini adalah Pulau Simeuleu, yang merupakan pulau terdekat dari pusat bencana.

Susi Pudjiastuti kembali membetot perhatian publik. Nama perempuan asal Pangandaran, Jawa Barat, itu menghiasi berbagai media setelah ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Namun, bukan kali ini saja Susi disebut-sebut oleh media massa. Nama Susi mulai melambung setelah terjadi gempa tektonik dan tsunami di Aceh dan pantai barat Sumatera pada 2004 silam. Kala itu, Susi menjadi orang pertama yang berhasil mendarat di Aceh yang terisolasi untuk menyalurkan bantuan.

Setelah terjadi tsunami 26 Desember 2004, bantuan kemanusiaan mengalir deras. Baik dari dalam maupun luar negeri. Namun bantuan tersebut tak bisa masuk ke Aceh. Semua menumpuk di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Amuk tsunami telah memporak-porandakan akses darat, sehingga bantuan tak bisa disalurkan.

Karena banyak daerah terisolasi, Susi berinisiatif mngirimkan bantuan melalui pesawat udara. Bersama suaminya, Christiant, Susi terbang menggunakan Cessna Caravan. Ssatu-satunya pesawat yang dia operasikan melalui bendera PT ASI Pudjiastuti. “Sumbangan titipan dari banyak teman,” ujar Susi dikutip Dream dariwww.mypangandaran.com.

Daerah pertama yang dituju oleh ibu tiga anak ini adalah Pulau Simeuleu, yang merupakan pulau terdekat dari pusat bencana. Namun, ia tidak bisa langsung masuk ke pulau itu, karena masih dinyatakan tertutup pada Senin itu. Pesawatnya baru bisa mendarat di Pulau Simeuleu pada hari ke dua. Susi menjadi orang pertama yang berhasil mendarat di Aceh.

Susi masih terkenang dengan kisah lucu saat menyalurkan bantuan tsunami itu. Saat berada di Bandara Sultan Iskandar Muda, dia melihat seorang pria relawan dari Eropa mondar-mandir di apron bandara, sambil memanggil-mangil nama Susi. “Susi…! Susi, where are you…?”

Merasa namanya dipanggil, Susi datang menghampiri pria itu. “Anda mencari Susi? Saya ini, Susi…!” tutur dia.

Tetapi, pria itu malah menggelengkan kepala. “Maaf, bukan. Bukan kamu. Saya mencari Susi, Susi Air. Di mana perwakilan kantornya di sini?”

Susi pun tersnyum. “Tidak ada Susi Air, Sir…! Apalagi kantornya…! Yang ada cuma Susi, ya, saya ini…!”

Pria itu akhirnya paham, Susi itulah yang memiliki pesawat Cesssna untuk mengantarkan bantuan. “Oke, oke…! Kamu, Susi… punya Cessna? Good…! Bisa bantu drop logistik kami?”

“Boleh saja, nanti setelah pesawat saya itu balik lagi ke bandara ini. Tetapi, Anda harus ganti minyaknya (bahan bakar), ya,” jawab Susi. “Ya, ya, tentu. Kami bayar, kami sewa,” jawab relawan Eropa itu.

Kisah keberhasilan Susi menembus Aceh itu menyebar dari mulut-ke mulut. Pesawat Susi pun kemudian laria manis disewa lembaga internasional dalam pemulihan Aceh. Susi tak menyebut berapa uang sewa yang dia kumpulkan saat itu. Yang jelas, itu merupakan asal mula Susi menjadikan armadanya sebagai pesawat sewaan.

Setelah tsunami Aceh itu, Susi memutuskan membentuk maskapai komersial. Pada 2005 Grand Caravan ke tiga bergabung dengan armada Susi Air. Sejak itu Susi Air dapat memulai penerbangan berjadwal dari Medan. Selanjutnya Susi membeli pesawat tambahan, Diamond Twin Star, Pilatus Turbo Porter, dan Diamond Diamond Star.

Pada Juni 2009, Susi Air mengumumkan telah memesan 30 pesawat Grand Caravan di Paris Air Show. Bisnis Susi semakin berkembang hingga mengoperasikan 50 pesawat yang fokus pada cargo dan penerbangan perintis.

Saat ini Susi Air memiliki 22 base, 195 rute dan 162 destinasi. Dari rute itu, penebangan Susi Air sebanyak 70 persen melayani rute penerbangan perintis dan kargo ke pelosok negeri. Sisanya Susi Air melayani penerbangan tidak berjadwal atau carter. (dream.co.id/Ism, Dari berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *