Si Miskin Yang Berharap Rumah Bantuan di Kabupaten Berselogan Sejahtera

SINABANG | AcehNews.Net – Sunyi, sepi, nyaris tak terdengar hiruk pikuk aktivitas manusia. Hanya gemerisik dedaunan yang seakan bercegkerama ketika dihembus angin. Sesekali, kicau burung kecil bernyanyi di atas pohon kayu yang tumbuh di sekeliling rumah, melengkapi sunyi. Begitulah keadaan sekeliling kediaman pasangan suami istri berusia lanjut yang berada di atas bukit jauh dari pemukiman penduduk itu.

Di pinggiran Ibu Kota Kabupaten yang berslogan Sejahtera ini masih banyak ditemukan potret kemiskinan. Wajah kemiskinan di Kabupaten ini tampak dari kehidupan Iwan (76) dan Saripah (50), warga Desa Air Dingin, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue. Pasutri ini bersama dua anak perempuan mereka, tinggal di sebuah rumah kebun milik salah seorang warga.

Iwan dan Saripah, berasal dari Kabupaten Nagan Raya dan kini pasutri miskin bersama kedua anak perempuan mereka tinggal di rumah berukuran 4×6 meter berkontruksi kayu di Desa Air Dingin, Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue.

Iwan dan keluarga tinggalkan tanah kelahiran pada 2000 silam dan hijrah ke Simeulue, lantaran konflik di daratan Aceh yang bergejolak pada masa itu. Berharap, ketika tinggal di Simeulue semoga dapat menggantikan harta benda yang ditinggalkan dan bisa merubah taraf hidup keluarganya. Namun, takdir indah yang didamba belum tiba menebus asa keluarga.

Getir hidup masih terus mencekam. Belasan tahun lamanya tinggal di Simeulue, tetapi masih menumpang tinggal di rumah kebun milik orang lain. Sebab Iwan belum juga mendapatkan rumah bantuan yang layak huni baik dari pemerintah daerah maupun provinsi.

Lelaki tua Lansia yang menjadi tulang punggung keluarga kini sakit – sakitan. Tubuhnya tak sekuat dulu yang bisa bekerja serabutan untuk menafkahi keluarganya. Sejak sakit 5 tahun lalu, istri dan kedua putrinya berjuang menggantikan posisinya sebagai tulang punggung keluarga.

Di umur 50 tahun Saripah mengantikan posisi Iwan sebagai kepala rumah tangga. Dia bekerja sebagai tukang cuci gosok pakaian orang, setiap bulan mendapat upah Rp200 ribu.

Sementara kedua anaknya yang cuma tamat SMA bekerja sebagai karyawan disalah satu konter pulsa, yang hanya mendapat upah lebih besar sedikit dari upah sang ibu. Dari upah istri dan kedua buah hatinya itu lah yang setiap waktu melengkapi kebutuhan hidup.

“Suami sakit sesak nafas sudah lima tahun, sejak suami sakit-sakitan, saya dan anak saya lah yang mencari nafkah. Walaupun tidak cukup, ya kita cukup-cukupkan saja,” kata Saripah, dengan mata berkaca-kaca, terlihat ia berusaha kuat menahan air matanya agarbtidak jatuh membasahi pipi.

Suaminya Iwan, ia sudah sering meminta dan menyodorkan proposal rumah bantuan kepada pemerintah desa dan kabupaten untuk memberikan rumah layak huni. Namun, usaha yang sering ia lakukan itu belum juga berbuah manis.

“Kalau usaha sudah saya lakukan, sudah sering saya keluhkan kepada pemerintah desa dan daerah, bahkan, semua pemerintah terkait sudah saya sampaikan hanya malaikat saja yang belum saya sampaikan. Tapi sampai hari ini, kami masih menumpang di rumah ini,” katanya lirih, sembari menunjukan kartu sementara verifikasi bantuan perumahan dari BRR yang sudah mulai usang itu, ketika ditemui AcehNews.Net pada Selasa (25/9/2018).

Kendati demikian, pemerintah Desa Air Dingin masih tetap memberi bantuan, berupa beras raskin dan bantuan lainnya seperti warga miskin lainnya yang ada di desa tempat tinggalnya.

“Kalau bantuan seperti beras dan bantuan lain selalu ada dari desa, yang tidak ada bantuan rumah. Padahal kami sangat membutuhkan rumah sendiri,” harap.

Kepala Desa Air Dingin, Mardian, saat dikonfirmasi membenarkan kalau keluarga Iwan belum dapat rumah bantuan. Tetapi, ia masih akan terus berusaha agar keluarga itu menjadi salah satu penerima bantuan rumah.

“Setelah saya telusuri dari Kepala Dusun nya, memang belum ada. Nanti kita telusuri kembali,” tulis Mardian, menjawab konfirmasi AcehNews.Net melalui pesan singkat.(Jen)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *