Sepotong Cerita Tentang Malaikat Kecil di Rumah Singgah C Four Aceh

AcehNews.net – “Apalah salah anak kami, tak ada orang tua yang mengharapkan anaknya kanker…” suara lirih, pilu, sedih, itu keluar dari mulut salah seorang ibu dari anak penderita kanker yang ditangani Rumah Singgah Children Cancer Care Community (C Four) Aceh, saat ia mendampingi Ratna Eliza, sang founder, mencari rumah sewa untuk rumah singgah bagi anak penderita kanker di Aceh yang sedang melawan ganasya sel kanker yang merengut kehidupan mereka.

Mata Mama Saskia (panggilan akrab ibunda Saskia, penderita leukemia berusia 9 tahun) pun berlinang. Dia menyapu butiran air itu dengan cepat, menggunakan jari-jari tangannya, agar tidak terlihat oleh Saskia. Si ibu ingin terlihat kuat dan tegar di depan “malaikat kecil” nya itu.

Ini kisah sedih, saat Founder Rumah Singgah C Four Aceh, Ratna Eliza mencari rumah sewa untuk dijadikan rumah singgah bagi anak-anak penderita kanker di Provinsi Aceh, bersama orang tua anak penderita kanker, sekitar awal Desember 2015 lalu.

“Orang yang punya rumah sudah mau, tetapi tetangganya tahu kalau anak kanker yang akan tinggal. Mereka bilang, tidak enak lihat mereka (anak penderita kanker) botak-botak,” kenang Ratna Eliza, yang tidak jadi menyewa rumah lantaran kata-kata “pedas” dari masyarakat yang tidak mau menerima kehadiran anak kanker di tengah-tengah lingkungan mereka.

Belum semua masyarakat bisa menerima kehadiran anak kanker ditengah kehidupan mereka. Dan masih beranggapan “aneh” dengan anak-anak penderita kanker. Tapi tidak sedikit pula yang peduli dan simpatik, mendonasikan sebagian rezekinya untuk anak-anak penderita kanker dari keluarga kurang mampu ini.

Rumah Singgah C Four, selama keberadaannya awal 2014 hingga September 2016, telah mendampingi  sebanyak 50 anak penderita kanker dari keluarga miskin yang berasal dari sejumlah  kabupaten/kota di Provinsi Aceh. Dari jumlah itu, sekitar 30 anak meninggal dunia dan dalam September ini, kata Ratna, sudah empat anak meninggal dunia.

Percakapan Ratna dengan Nufus, lewat media sosial.|istimewa

Percakapan Ratna dengan Nufus, lewat media sosial.|istimewa

“Saya sudah tidak kuat lagi menangis, saya sempat down awalnya, saat melihat mereka menahan sakit, saya juga pada akhirnya melihat kain kafan membalut tubuh mereka, saya benar-benar nggak kuat. Anak-anak inilah menguatkan saya, anak-anak ini terus memberi semangat saya, mereka menyapu air mata saya, dan mereka pula yang terus membisikan rasa sayang mereka kepada saya, itulah yang menguatkan saya,” lirih Ratna.

Perempuan yang hijrah dari Kota Palembang ke Banda Aceh dan kini mengabdikan separuh hidupnya untuk anak-anak kanker Aceh, padahal dia sendiri memiliki keluarga. “Suami sangat mensuport saya. Juga orang tua saya di Palembang. Ini adalah kekuatan bagi saya,” kata perempuan yang dulu pernah bekerja di salah satu rumah sakit di Palembang ini, sambil berlinang air mata.

Ratna tidak sendiri, dia dibantu sekitar 20 relawan, dari berbagai kalangan profesi. Para relawannya ini tidak menerima sepersen pun gaji. Bersama Ratna, tulus membantu anak-anak kanker Aceh dari keluarga kurang mampu, agar bisa menjalani perobatan dengan baik tanpa memikirkan biaya untuk membeli obat, susu, pempes, dan transportasi.

Beberapa waktu lalu, sewaktu AcehNews.net bersama Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Aceh menyambangi rumah singgah tersebut di Jalan Kakap, Gang Blang Cut, Gampong Lambelu, Banda Aceh. Terlihat oleh AcehNews.net, dua lelaki kecil berusia 3 dan 4,5 tahun, Saldi dan Tajul, berlari-lari, kejar-kejaran, dan kemudian menaiki ayunan yang baru diterima rumah singgah dari para dermawan.

Dua bocah tak berambut itu, botak, terlihat ceria. Tawa dan canda keduanya seolah-olah tak menampakan mereka sedang mengindap penyakit yang mematikan itu. Pun begitu dengan Nufus (15), penderita kanker darah leukemia. Kami tidak mengetahui Nufus penderita kanker, dari luar terlihat seperti anak sehat. Namun saat di berlari ke kamar mandi sehingga kami pun bertanya dan akhirnya mengetahui Nufus, satu dari 50 anak yang ditangani Rumah Singgah C four Aceh.

Gusi Nufus mengeluarkan darah. Nufus berlari ke kamar mandi untuk mengilapnya dengan selembar tisu. Dia tidak mau menampakannya di depan kami. Darah itu terus keluar dari gusi dan mulutnya, akhirnya dia pun mengeluh kepada ibunya.

“Mak darahnya keluar terus,” ucapnya. Si ibu pun mendatangi Nufus dan membawanya ke luar rumah. Nufus lama di luar dan dia tidak ingin menampakan sakitnya itu. Remaja yang baru masuk Dayah ini ingin terlihat kuat.

“Seperti itulah mereka, Saya bersama relawan kadang tidak sanggup menahan tangis, saat melihat anak-anak ini menjerit kesakitan. Tetapi jika sakit itu hilang ya seperti itulah mereka, tanpak seperti tidak sakit. Kami mendampingi sekitar 50 anak kanker dari keluarga kurang mampu. Kami mendampingi perobatan mereka,” jelas Ratna.

Anak-anak kanker yang ditangani Rumah Singgah C Four Aceh menderita leukemia, limfoma, wilm’s tumor,  dan ryapbdomiosarcoma. “Paling banyak itu kanker darah, leukemia,” sebut Ratna.

Ratna mengatakan, kebanyakan yang ditangani sudah mengalami kanker stadium 3 hingga 4. Menurutnya tingkat pendidikan orang tua yang terkadang menyebabkan lamban mengetahui si anak sudah menderita kanker, sehingga lambat ditanggani dengan medis. Sel-sel kanker pun sudah menyebar ke seluruh tubuhnya. Seperti Saldi, bocah berusia 4,5 tahun itu akan kehilangan sebelah matanya. Dia harus menjalani operasi untuk itu karena sel-sel kanker sudah menyebar.

“Kebanyakan dari informasi yang kami dapat, orang tua anak yang kami damping tidak mengetahui anaknya menderita kanker. Ada yang membawa berobat anaknya ke dukun, jika tidak sembuh juga baru berobat ke rumah sakit. Itu pun masih kawatir soal biaya perobatan karena mereka memang dari keluarga kurang mampu dan tidak mengetahui adanya jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah untuk keluarga kurang mampu,” kata Ratna.

Rumah Singgah C Four Aceh menanggani anak kanker melalui informasi dari masyarakat dan menemukannya di rumah sakit, saat membawa anak kanker yang ditangani menjalani kemo. Anak-anak kanker dari keluarga kurang mampu ini berobat dengan menggunakan kartu BPJS Kesehatan.

Namun untuk biaya susu, pempes, dan makan, serta transportasi anak kanker dan keluarganya saat di Banda Aceh ditanggung Rumah Singgah C Four. “Kami mendapatkan dari para donatur, dari uang yang disumbangkan itu kami belikan obat, susu, pempes, dan kebutuhan makan  selama di sini, juga biaya transportasi,” kata Ratna.

Ketika ditanya bagaimana dengan biaya sewa rumah singgah, perempuan asal Palembang ini, menjawab itu juga didapatkan dari para donatur. “Rumah sewa ini sudah habis masa sewanya, Oktober nanti kami akan pindah. Kami baru bisa membayar DP nya,” kata Ratna.

Rumah Singgah C Four Aceh hingga saat ini belum menerima bantuan dari pemerintah setempat,  meski pernah mengirim proposal di dinas terkait dan ditolak .  Namun melalui media sosial Facebook dan pemberitaan di media, bantuan terus berdatangan. “Pernah suatu kali dana kosong, nol. Bagian keuangan sampai menangis melaporkan ke saya. Saya bilang jika niat kita baik, Allah akan membantu dan mempermudah. Ternyata benar, tidak lama ada yang mengirim bantuan melalui rekening,” cerita Ratna.

Semua dana yang ada didapatkan Rumah Singgah C Four Aceh murni dari para donatur yang datang langsung ke rumah singgah atau mengirimkan langsung ke nomor rekening BRI 0037.01.014766.53.6, atas nama Children Cancer Care Community.  Bantuan inilah yang membantu anak-anak kanker Aceh dari keluarga kurang mampu bisa membeli obat, susu, pempes, dan keperluan lainnya. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *