Reusam Fakultas Hukum Gelar Festival Tari Tradisional  

BANDA ACEH – Sanggar tari Reusam Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh, menggelar Festival Tari Tradisional selamat dua hari 22 hingga 23 November 2014 di Gelangan Mahasiswa.Tujuan kegiatan ini untuk menghidupkan kembali sanggar-sanggar tari yang ada di sekolah dan ikut melestarikan tari tradisional Aceh.

Ketua Koordinator Acara, Putri Amalia kepada AcehNews.net, Sabtu siang (22/11) mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan Sanggar Reusam Fakultas Hukum Unsyiah, meski sempat fakum empat tahun tidak digelar festival tarian tradisional sejak berdirinya sanggar ini pada 2006.

“Kami berencana setiap tahun kegiatan ini bisa terus digelar karena ini wadah bagi kami para penari untuk terus melestarikan tarian Aceh melalui festival seperti ini. Kegiatan ini sendiri diikuti 18 sanggar tari dari SMP dan SMA/MA dari Kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Dan kami berhari tahun depan bisa lebih banyak lagi sanggar sekolah yang ikut,” sebut Putri.

Rincinya dari 18 sanggar tersebut 15 dari sanggar sekolah di Banda Aceh dan sisanya dari sanggar sekolah di Aceh Besar. Sedangkan SMP hanya dua sekolah yang ikut yaitu SMPN 1 Banda Aceh dan SMP Peukan Bada, Aceh Besar.

“Nanti ada juara penyaji terbaik 1,2, dan 3, dan juga ada juara favorit. Untuk penari pria ada dua pilihan tarian yaitu Saman Gayo dan Rapai Geleng, sedangkan penari wanita tarian ratoh jaroe dan likok pulo. Hari ini ada 12 sanggar yang tampil dan dilanjutkan besok, Minggu (23/11) dan sekaligus pengumuman pemenang,” kata Putri.

Salah seorang orang tua dari penari, Ida mengatakan, kegiatan seperti ini salah satu wadah bagi anak muda Aceh menyalurkan hobi dan bakat mereka dan juga ikut berperan melestarikan tarian tradisional Aceh. Di Jakarta saja, kata Ida tarian tradisional Aceh menjadi mata pelajaran ekstrakurikuler. Harusnya ini dilakukan di Aceh, di mana tarian tradisional itu lahir dan berasal.

“Ini seharusnya yang menjadi perhatian dinas terkait. Beri wadah bagi anak muda kita menyalurkan hobi dan bakat mereka kepada hal-hal yang positif. Dengan banyaknya wadah yang disediakan pemerintah untuk anak-anak muda kita berkresasi dan berinovasi saya rasa anak-anak kita akan terhidar dari hal-hal yang negatif,” kata Ida.

Ida sendiri mengaku kalau anaknya sudah mengikuti sanggar tari sejak usia sekolah dasar dan dia terus memotivasi anaknya untuk terus menari. Karena menurut Ida jika ada petukaran pelajar, anaknya bisa memperkenalkan tarian tradisional Aceh ke tingkat internasional.

Dari amatan AcehNews.net kegiatan yang dibuka Pembantu Dekan 3 Fakultas Hukum, Mukhlis SH, M.Hum dan dihadiri anggota DPRK Banda Aceh, Ilmiza Sa’aduddin Djamal ini berlangsung dengan sukses. Tepuk tangan dan sorak tak henti-hentinya “dihadiahkan” para penonton yang terdiri dari para guru, pelajar, mahasiswa, dan orang tua. Selain Festival Tari Tradisional, kegiatan ini juga mengadakan bajar makanan dan minuman dan kegiatan donor darah. (saniah ls)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *