Ramli Rasyid: Jangan Bawa-Bawa Nama Aceh jika Tidak Berjilbab  

BANDA ACEH – Setelah Ratna Nurlia yang mendapat kecaman lantaran membawa nama Aceh di Pemilihan Miss Indonesia 2015, kini giliran Jeyskia Ayunda Sembiring yang membawa nama Aceh di ajang Pemilihan Puteri Indonesia 2015. Keduanya dikecam karena tidak menghormati Aceh dengan keistimewaannya yaitu syariat Islam. Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Aceh yang juga tokoh masyarakat di Banda Aceh, Ramli Rasyid pun angkat bicara.

Saat ditemui di ruang kerjanya, Ramli Rasyid mengungkapkan kekecewaan mengenai Puteri Indonesia perwakilan Aceh Jeyskia Ayunda Sembiring. Dulu kata Ramli Rasyid, ada anak Aceh yang ikut kontes ini namun mengenakan jilbab, tetapi mengapa sekarang ini malah tidak mengenakan jilbab.

“Dia, Jeyskia memang sama sekali bukan orang Aceh. Dan sedikitpun tidak berpenampilan sesuai dengan kearifan lokal orang Aceh, ini sama saja mencoreng nama Aceh,” kata Ramli pada Acehnews.net Jumat (20/02/2015) di Banda Aceh.

Menurut Ramli, kalau memang mau mengikuti kontes Puteri Indonesia atau kontes kecantikan lainnya. Menurut Ramli,  harus melalui prosedur yang ada, agar mendapatkan rekomendasi dari pemerintah Aceh dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh.

“Kontes kecantikan ini membawa nama Aceh ke tingkat Nasional. Semua bangsa ini tau gimana kehidupan masyarakat Aceh, jadi jangan bawa-bawa nama Aceh kalau tidak mengikuti kearifan lokal Aceh,” tutur Ramli Rasyid agak berang.

Ramli Rasyid, tokoh masyarakat dan Ketua PGRI Aceh|acehterkini.com

Ramli Rasyid, tokoh masyarakat dan Ketua PGRI Aceh|acehterkini.com

Finalis Puteri Indonesia 2011 dari Aceh Sylvia Rosa, menggenakan jilbab|viva

Finalis Puteri Indonesia 2011 dari Aceh Sylvia Rosa, menggenakan jilbab|viva

Ramli Rasyid mengatakan, perlu ditelusuri dari mana Jeyskia mendapat rekomendasi membawa nama Aceh dalam Pemilihan Puteri Indonesia begitu juga dengan Ratna Nurlia di Miss Indonesia 2015. Untuk itu dia meminta pemerintah Aceh harus mengambil sikap tegas untuk menanggapi masalah ini.

“Ini harus kita ambil tindakan apapun alasannya,  mengobral aurat itu sangat bertentangan dengan moral dan etika dalam agama Islam apa lagi di Aceh. Kita sudah berlaku syariat Islam, jadi tidak sama dengan wilayah lain. Dan panitia pemilihan Puteri Indonesia maupun Miss Indonesia harus menghargai bagaimana adat dan aturan yang ada di Aceh,” imbuh Ramli dengan nada tegas.

Disamping itu terkait Finalis Puteri Muslimah Indonesia 2014, Intan Sari Melisa, yang sebelumnya sempat diajak oleh salah satu agency untuk mengikuti audisi Puteri Indonesia 2015. Kata Ramli Rasyid menolak ajakan tersebut karena konsekwensinya harus melepas jilbab. “Anak Aceh sendiri menolak, ini orang luar Aceh masak bawa-bawa nama Aceh,” kata Ramli Rasyid lagi.

Ramli menyayangkan, kenapa hal seperti ini harus terjadi. Ini adalah persoalan yang sangat mengganggu bagi masyarakat Aceh. “Mengikuti ajang Puteri Indonesia ini sebenarnya tidak dilarang, siapa boleh. Tetapi ya harus menjaga nama baik Aceh dan mengikuti syariat Islam yanga ada di Aceh,” katanya lagi.

Dia mendukung sepenuhnya langkah-langkah yang di ambil oleh panguyuban Organisasi Perempuan Aceh, dimana mereka mengutuk kegiatan tersebut. “Dan saya berharap, kepada semua elemen masyarakat Aceh, baik pemerintah, gubernur, anggota DPRA, harus mengambil sikap mengenai masalah ini. Dan menetapkan aturan mana yang boleh dan mana yang tidak,” tutup Ramli dengan wajah kecewa.

Pemilihan Puteri Indonesia 2015 telah berlangsung Jumat malam di salah satu televisi nasional telah disiarkan kontes kecantikan yang diselenggarakan setahun sekali tersebut. Sebelumnya juga telah berlangsung pemilihan Miss Indonesia 2015 dimana perwakilan dari Aceh juga tidak mengenal jilbab dan telah mendapat kritikan pedas. (zuhri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *