Polisi Bebaskan Tiga Pelaku Dugaan Makar di Merauke

MERAUKE | AcehNews.Net – Tiga pelaku dugaan makar dari Distrik Tabonji, Kabupaten Merauke, Papua bersumpah janji tetap setia mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Mapolres Merauke, Selasa (2/2/2021).

Sebelumnya, putera asli Papua itu Kasimirus Were, Kornelis Cabui, dan Paulus Wafa pada akhir 2020 lalu mengibarkan bendera bintang kejora di Tabonji, wilayah pedalaman Merauke. Kini penuh kesadaran langsung mencium bendera sang saka merah putih.

Kasimirus Were didampingi kedua rekannya mengatakan dengan lantang, bercerai kita runtuh, bersatu kita kuat (teguh Indonesia), NKRI.

“Kami ketiga orang memohon maaf kepada Bapak Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji, dan jajarannya baik itu TNI maupun polisi Republik Indonesia di Merauke, Papua. Bapak Kapolda Papua dan jajarannya, Bapak Presiden dan jajarannya. Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari pihak manapun,” ujarnya.

Sebagai putera dari timur Indonesia, Kasimirus mengatakan, tujuh butir permintaan kepada Pemerintah Daerah Merauke, Pemerintah Provinsi Papua, dan pemerintah pusat.

Pertama, Pendidikan 100 persen untuk putera-puteri asli malind. Kedua, tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 90 persen untuk putera-puteri asli malind. Ketiga, eksekutif, legislatif, dan yudikatif 25 persen untuk orang asli malind. Keempat, calon bupati dan wakil bupati benar-benar harus orang asli malind dari golongan ayah.

Kelima, ketua DPRD dan wakil ketua DPRD Merauke benar-benar harus orang asli malind dari golongan ayah. Keenam, pendekatan pembangunan di sembilan kampung khususnya di Distrik Tabonji benar-benar harus diprioritaskan dan umumnya pulau Kimaam empat distrik yang menduduki pulau Kimaam harus benar-benar diperhatikan di pangkuan ibu pertiwi.

Ketujuh, pemerintah wajib turun ke kampung-kampung lokal di seluruh pulau Kimaam untuk melihat kondisi riil kesenjangan sosial yang masih terus terjadi.

Kepada wartawan, Kasimirus Were mengungkapkan, selama ini belum ada perhatian dan prioritas dari pemerintah kepada orang asli Papua sehingga sempat melakukan demo di DPRD Merauke meminta hak kesulungan orang asli malind.

“Kalau besok kita minta harus betul-betul diperhatikan. Kita sebenarnya tidak ingin pisah dari NKRI tapi mari coba melihat kita, masukkan kita benar-benar ke dalam pangkuan ibu pertiwi karena itu perintah Bapak proklamator Ir. Soekarno,” ujarnya lagi.

Dikesempatan yang sama, Kapolres Merauke, AKBP Untung Sangaji, melalui Wakapolres Merauke, Kompol Leonardo Yoga, didampingi Kabag Ops, AKP Micha Toding, Kasat Reskrim, dan Kasat Intelkam menuturkan, pengibaran bendera bintang kejora di Tabonji masuk tindakan makar sehingga beberapa bulan kemudian Polres menangkap ketiga pelaku dugaan makar.

Setelah melalui berbagai proses dan penahanan selama tiga hari di Polres Merauke, kata Kompol Leonardo Yoga, akhirnya Kapolres memberikan angin segar kepada para pelaku untuk dibebaskan.

“Kapolres mengambil suatu kebijakan untuk memaafkan saudara-saudara kita. Mereka (tiga pelaku dugaan makar, red) dan seluruh masyarakat Merauke ini saudara kita. Apabila masih ada pemikiran-pemikiran yang perlu kita perbaiki dalam hal bertentangan persatuan NKRI, kita luruskan,” kata Kompol Leonardo Yoga kepada wartawan.

Lanjutnya, ketiga pelaku sekarang sudah mendeklarasikan penuh kesadaran membuat pernyataan dan meminta maaf, tidak ingin membuat makar, maka Polres Merauke memberi maaf.

“Ketiga pelaku dugaan makar itu kedepan dirangkul sebagai agen-agen pemelihara Kamtibmas di Distrik Tabonji. Polisi menilai positif tindakan protes yang sebelumnya dilakukan dengan tujuan meminta pemerintah untuk memberikan perhatian kepada orang asli malind,” ucap Wakapolres.

Ia juga mengakui memang ada pemikiran yang ditujukan kepada pemerintah namun diambil sisi positif untuk kemajuan. “Mereka ingin daerahnya maju, tidak tertinggal,” demikian tandas Kompol Leonardo Yoga. (Hidayatillah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *