Pers Adalah Profesi yang Menuntut Intelektualitas  

AcehNews.net|MEDAN – “Pers adalah profesi yang menuntut intelektualitas. Seorang intelektualitas menjadikan ilmunya sebagai hati nurani dan penanya terbuat dari etika,”kata Ketua Dewan Pers Indonesia, Bagir Manan saat membuka workshop tentang “Jurnalisme dan Fotografi di Era Sosial Media” yang digelar di Aston Hotel, Medan, 18 Desember 2015 lalu.

Banyaknya masyarakat yang memprotes soal pers yang dalam opini mereka (masyarakat) sudah terlalu bebas dalam mewartakan berita. Ayah dari para jurnalis di Indonesia ini mengatakan apa yang selayaknya dilakukan insan pers tanah air.

Kegiatan workshop itu digelar Dewan Persyang beker ja sama dengan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) di Medan dalam serangkaian peringatan Hari Ulang Tahun ke-8 tahun yang jatuh pada 22 Desember 2015 lalu.

Ketua Dewan  Pers Indonesia yang akan memasuki masa pensiun tidak lama lagi itu menyampaikan pesan kepada insan pers Indonesia, “menjadi wartawan harus rendah hati bukan rendah diri, memperhatikan dan menyiarkan apa yang sedang diperbuat, seperti kegiatan saat ini karena wartawan itu jarang sekali memberitakan tentang diri sendiri kecuali saat dipukul”.

Spontan puluhan jurnalis dan redaktur dari media cetak,  elektronik, dan online di Medan memberi tepukan, setuju dengan pendapat Bagir Manan itu.

Selain itu, Bagir Manan juga mengharapkan tradisi kewanitaan di majalah perempuan atau media lain di ubah. Biasanya di majalah perempuan kata Bagir Manan, hanya diberitakan tentang mode, penyiksaan terhadap perempuan, dan hal-hal lain yang ketika membacanya,  ada rasa ngeri dan geram.

“Majalah perempuan  lebih banyak lah menulis tentang prestasi kaum perempuan. Kegiatan perempuan di dunia, akademis, dan lain-lain. Jangan menorah luka dalam tulisan tetapi akan lebih baik menulis hal-hal positif yang membangkitkan motifasi kaum perempuan itu sendiri,” tuturnya menasehati.

Turut hadir memberi materi, senior jurnalis perempuan yang kini menjabat sebagai Managing Director Rappler Indonesia, Uni Lubis dan Arief Ginting, pembisnis dan pemilik studio Marie Foto.

Pada kesempatan itu, mantan anggota Dewan Pers yang sangat peduli dengan jurnalis perempuan ini mengatakan, bahwa media yang berfikir dengan model lama akan terus tertinggal sehingga di era media sosial ini, media harus ikut ambil bagian.

“Sebagai jurnalis, seharusnya menjadi penjaga informasi supaya masyarakat menerima informasi yang benar. Kemajuan teknologi membuat kebutuhan masyarakat cenderung membutuhkan informasi yang lebih cepat,” demikian kata Uni Lubis. (nita juniarti)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *