BANDA ACEH | AcehNews.net – Dua bulan telah berlalu mutasi tugas mantan Kapolres Aceh Utara yang berjiwa sosial tinggi, AKBP Ahmad Untung Surianata atau yang akrab disapa Untung Sangaji yang kini menjabat sebagai Wadir Polairud Sumatera Utara.
Walaupun sudah bertugas di tempat yang baru tapi, kepada AcehNews.net via phone, Selasa malam (8/5/2018), Wadir Polairud Sumut mengaku, belum bisa melupakan Aceh Utara, tempat dimana dia pernah bertugas. Kata Untung, karena banyak persoalan dan tanggung jawabnya kepada masyarakat di sana yang belum selesai.
“Beta begitu bersemangat ingin pulang ke Aceh. Maka dari itu beta membuat gagasan kinerja 100 hari untuk bisa kembali ke Aceh Utara. Menunaikan segala kewajiban beta yang masih mengganjal difikiran dan belum dituntaskan,” ucapnya.
Lanjut AKBP Untung, setelah 100 hari, dia akan datang ke Aceh Utara selama dua hari untuk menemui masyarakat guna melihat perkembangan mereka.
Tidak hanya itu pria berdarah Ambon ini juga siap apabila kembali bertugas di Aceh untuk dapat membawa perubahan dan mengamankan wilayah belas konflik tersebut.
“Ya beta siap kalau dipanggil lagi untuk bertugas lagi ke Aceh, karena banyak tugas yang belum beta selesaikan,” kata Untung lagi.
Saat ini Untung mengaku berusaha keras berbuat yang terbaik di 100 hari kinerjanya agar bisa kembali ke Aceh dan menyelesaikan persoalan masyarakat yang tertunda.
“Beta rindukan Aceh. Sungguh beta rindukan Aceh,” demikian katanya via phone.
Sementara itu, masyarakat Aceh Utara juga merasa kehilangan sosok pemimpin yang terkenal berjiwa sosial tinggi tersebut, pasalnya Untung selalu bergerak cepat untuk membantu warga yang membutuhkan dan mencoba meningkatkan putaran ekonomi di wilayah tugasnya.
“Kami sedih pak Untung pindah, waktu kami kena musibah dia (Untung) yang pertama turun untuk membantu,” tutur Rizki(28) warga Pirak Timu, secara terpisah.
Selain bertugas sebagai orang nomor satu di kepolisian Aceh Utara pada masanya, cerita Rizki, mantan Kapolres Aceh Utara itu, membuka lapangan pekerjaan di beberapa titik.
Sebutnya, seperti membina para narapidana di Lapas Lhoksukon untuk membuat kreatifitas berupa kancing dari batok kelapa, membina para santri membuat batako dari batu krikil, membuka tempat wisata pantai Bantayan, dan membuat Sumur bor di tengah sawah tadah hujan di wilayah Pirak Timu, sertabbeberapa usaha yang bertujuan untuk meningkatkan putaran roda ekonomi masyarakat di sana. (Saniah LS)