Napak Tilas Turki di Bitai-Aceh

BANDA ACEH – Aceh adalah provinsi di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi tujuan wisata Islami yang ada di Indonesia. Berkunjung ke Aceh tak lengkap jika Anda tidak berkunjung ke tempat-tempat sejarah peradaban Islam di Nusantara.

Bulan Ramadhan momen tepat untuk wisatawan lokal maupun asing berkunjung ke provinsi terujung di Pulau Sumatera ini. Menikmati suasana momen Ramadhan yang kental dengan adat dan budaya orang Aceh.

Menjelajahi Ramadhan di Aceh, tepatnya di Kota Banda Aceh, tak lengkap rasanya jika tak menelusuri bagiamana Islam berkembang di Kutaradja ini. Satu diantara sejarah yang melekat adalah hubungan antara Aceh dan turki.

Ingin mengetahui lebih dalam tentang hubungan Aceh dan Turki, Anda bisa berkunjung ke Gampong (Desa) Bitai, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Desa ini tidak jauh dari pusat Ibukota, jaraknya sekitar 10 menit pejalanan darat dengan menggunakan transportasi umum beca mesin. Desa ini menjadi saksi sejarah bagaimana Aceh membina hubungan sangat dekat dengan Negara Turki.

Di sini, tersimpan fakta yang menunjukkan hubungan antara Banda Aceh dan Kekhilafahan Turki Utsmani. Sebab di tempat ini, banyak makam warga Turki (menurut catatan, ada 48 buah makam para guru, ustadz, juga petugas militer) Kekhilafahan Turki Utsmani yang pernah bertugas di Aceh.

Sejarah mencatat untuk membantu melatih para rakyat Aceh mengusir penjajah, Turki Utsmani mengirimkan bantuan berupa materil dan non materil. Senjata lengkap dengan tentara dan pelatihnya. Ilmu lengkap dengan pengajarnya dan lain sebagainya.

Bitai adalah sebuah desa/kelurahan di Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh. Sebelum terjadi Gempa Bumi dan Tsunami pada 26 Desember 2004, penduduknya berjumlah 1.580 jiwa. Dari hasil Sensus pasca tsunami diketahui jumlah penduduknya sekarang berjumlah 421 jiwa (2005).

Kedekatan Turki dengan Aceh
Alkisah, semua para ulama Turki ingin mengajarkan Islam di Aceh dan pasantren, Perkembangan Islam di Bitai selanjutnya sangat maju karena banyak orang luar Aceh yang belajar untuk memperdalam agama Islam.

Ketua Lembaga Sejarah Indatu Lamuria Aceh (SILA), Muammar Al-Farisi berharap, keutuhan sejarah hubungan Aceh dan Turki bisa terus terjaga di Bitai. Sehingga siapapun yang berkunjung ke Aceh dan ingin mengetahui sejarah Aceh, mereka bisa lihat satu diantaranya ada disini, di Bitai.

Di kompleks pemakaman Ulama Turki ini, sebut Muammar terdapat lebih kurang 25 makam yang mengelilingi makam Sultan Salahuddin. Tujuh di antara makam itu terbuat dari batu cadas dan 18 lainnya terbuat dari batu sungai. Secara keseluruhan batu nisannya berbentuk segi delapan dan hiasannya bertuliskan kaligrafi dengan bahasa arab. Pada bagian bawah nisan terdapat pola luas tumpal, puncak nisan cembung di atasnya terdapat lingkaran sisi delapan.

Di dalam kompleks makam ini juga terdapat sebuah masjid dengan tiga buah kubah berwarna hijau jamrud. Selain itu juga ada bangunan berukuran 6×6 meter. Di dalam bangunan ini terdapat satu miniatur kapal yang dibingkai dengan kaca. Di dinding dalam ruangan tersebut digantung lukisan Sultan Selim.

Nama Bitai diambil untuk mengenang asal orang Turki tersebut dari Palestina atau Bayt Al-Maqdis, nama lain dari Yerussalem tempat Masjid Al-Aqsa berada. Desa Bitai berdekatan dengan Desa Emperom yang sekarang dijadikan satu kawasan perkampungan Turki.

Nah. Apa lagi yang Anda tunggu. Bukankah Aceh sudah didaulat sebagai Destinasi wisata halal dunia? Masih banyak keindahan dan keunikan Aceh lainnya yang tentunya disuguhi khusus kepada wisatawan dari pesona alam, keunikan budaya, kelezatan makanan khas Aceh, kehebatan peninggalan Tsunami sampai kebesaran sejarah Aceh masa lalu. (Adv/Disbudpar Aceh/*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *