Buah naga merah|Saniah LS

Meraup Untung dengan Menjual Kasiat Buah Naga Merah

Kasiat buah naga merah bagi kesehatan antaranya yaitu menghambat penuaan dini, mencegah kanker, meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan nafsu makan, menurunkan kadar kolestrol, memperkuat tulang dan gigi, mencegah diabetes melitus (DM), merawat kesehatan mata, merawat jantung agar tetap sehat, dan merawat kesehatan kulit.

Banyak cara untuk meraup rupiah dan menarik konsumen datang ke kafe kita. Kuncinya ide dan kreatifitas sangat diperlukan pebisnis di dalam membangun usaha di industri kuliner. Misal mendesain ruang dengan interior kafe yang unik, minimalis, moderen, tradisional, dan atau klasik. Atau bisa juga menjual aneka menu makanan atau minuman yang memiliki ke khasan dan kasiat bagi kesehatan.

Hal inilah yang dilakukan mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Batee Iliek, Kabupaten Bireuen, Husaini M Amin atau yang lebih akrab disapa Teungku Batee. Pria yang berusia 43 tahun ini kini telah memiliki dua kafe di Kota Banda Aceh dan tiga lahan perkebunan naga merah yang berlokasi di Kabupaten Bireuen dan Aceh Besar. Dua di Cot Cut, Kuta Baro, Aceh Besar (3500 meter) dan satu di Samalanga, Bireuen (2,5 hetare).

Di dua kafenya inilah, di Jalan TP Nyak Makam, Lampineung dan Lambung, Meuraxa, Banda Aceh, Tgk Batee menjual sebagian hasil panen buah naga merahnya kepada konsumennya. Per kilogramnya dijual Rp50 ribu dan per gelas jus buah naga merah Rp15 ribu. Sedangkan buah naga yang sudah dipermentasi dijual per sloki (gelas ukuran paling kecil) Rp10 ribu. Buah naga bisa dibawa pulang dan bisa juga dimakan di kafenya itu.

“Saya ingin memperkenalkan masyarakat Aceh dengan buah naga merah. Selain buah naga merah memiliki banyak kasiat bagi kesehatan, juga tanah di Aceh sangat cocok ditanami tanaman jenis kaktus asal Meksiko dan Amerika Tengah ini karena berpasir,” kata suami dari Ruhamah A Gani kepada Inspirasi Usaha beberapa waktu lalu di Banda Aceh.

Dari pengamatan Inspirasi Usaha di The Stone Kafe di Jalan TP Nyak Makam, Lampineung, konsumen diberi sesuka hati memilih sendiri buah-buah naga merah yang berada di lemari pendingin. Kemudian buah yang dipilih itu ditimbang, dipotong, dan disajikan kepada konsumennya.

Ada juga konsumen yang memesan jus buah naga merah atau buah naga merah yang telah dipermentasi. Buah naga merah yang dijus atau yang telah dipermentasi tidak dicampurkan dengan gula cair. Gula cair dipisahkan dalam cawan kecil dan konsumen bisa leluasa menuangkan gula cair tersebut sesuai takaran yang diinginkan. Begitu juga dengan es batunya diletakan terpisah.

“Kalau saya mau minum jus buah naga merah atau membeli buah naga merah saya ke The Stone karena memang kafe ini dikenal dengan buah naga merahnya,” kata salah seorang pengunjung di The Stone, Rudi (35).

Selain buah naga merah yang menjadi andalan minuman berkasiat bagi kesehatan, pengunjung kafe ini juga diberi pilihan buah-buah segar lainnya. Antaranya seperti buah belimbing segi, jambu merah, apel, terong belanda, pokat, dan sirsak. Dan menariknya di katalog menu jus-jus yang disajikan lengkap dengan kasiatnya.

“Kita ingin memberi edukasi kepada konsumen kita. Biar mereka tahu jus atau buah yang mereka makan memiliki kasiat apa saja bagi kesehatan. Selain itu juga jus yang kami sajikan seperti jus andalan kami yaitu buah naga merah benar-benar jus dari sari buah itu sendiri,” papar bapak tiga anak ini kepada The Stone disela-sela kesibukannya mengontrol bisnis kulinernya ini.

Kepada Inspirasi Usaha, pria lulusan Dayah Tanah Merah (setingkat SMA/MA), Bireuen pada 1992 mengaku, awalnya ketertarikannya menekuni Industri kuliner, ketika dia melihat gaya hidup masyarakat Aceh yang mulai memiliki kebiasaan nongkrong di kafe dan saat berkunjung ke perkebunan naga merah milik temannya di Pantai Cermin, Sumatera Utara.

Pada 2008, Tgk Batee memanfaatkan lahan kosong seluas 1.000 meter di Cot Cut, Aceh Besar dan menanam tanaman naga merah (hylocereus undotus). “Waktu itu saya berpikir buah naga merah yang dipanen hanya saya jual kepada penjual buah dan supermarket yang ada di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar dengan harga per kilogramnya Rp25 ribu,” ujarnya.

Waktu itu Tgk Batee membaca di salah satu harian lokal di Aceh yang mengungkapkan kalau penjual buah di Aceh masih mendatangkan buah naga merah dari Medan. Melihat peluang itulah dia ingin menjadi petani buah naga merah. Dia pun berguru ke Sumatera Utara menemui sang teman yang memiliki kebun buah naga merah di Pantai Cermin.

“Waktu itu saya berpikir mengapa tidak sebagian buah naga merah saya jual di kafe dalam bentuk jus maupun dimakan begitu saja. Kan kasiatnya bagi kesehatan begitu besar. Banyak masyarakat Aceh yang belum mengetahuinya dan untuk itu saya ingin mengenalkannya kepada masyarakat Aceh,” tuturnya lagi.

Bermodalkan Rp40 juta, untuk membeli bibit tanaman naga merah, lahan, pupuk, dan serta membayar upah 4 orang pekerjanya di lahan seluas 1.000 meter di Cot Cut, Kuta Baro, Aceh Besar, Tgk Batee di panen pertama buah naganya telah meraup omset Rp17 juta/bulan. Permintaan buah naga terus meningkat hingga akhirnya dia bisa membuka kafe di kawasan Lampineung.

Di kafenya inilah sebagian buah naga merah yang dipanen dikebunnya di Cot Cut dijual dalam bentuk sajian buah segar dan jus. Untuk perkembangan usahanya ini, Tgk Batee telah mengirim karyawannya di Jawa, belajar bagaimana melakukan proses permentasi buah naga merah.

“Sebelum bisa memproduksinya, saya menjual buah naga merah permentasi per sloki Rp10 ribu yang saya datangkan dari Jawa. Alhamdulillah banyak juga yang suka,” ujarnya.

Di kafe miliknya ini laki-laki kelahiran Samalanga, 06 Juni 1970 ini, menjual jus segar dengan menonjolkan beraneka ragam kasiat buah-buahan bagi kesehatan, baik yang dijus maupun yang dimakan begitu saja di  dalam katalog menu.

“Kafe ini ciri khasnya buah naga merah. Buah naga merah  per kilogram saya jual di kafe Rp50 ribu kalau ke penjual buah Rp25 ribu. Di kafe juga buah naga bisa dibeli per buah dan ditimbang kemudian disajikan untuk dimakan,” jelas dia.

Bisnis kuliner yang dijalaninya berkembang dan kafe pun tidak sepi dari pengunjung yang mulai meminati buah naga merah. Begitu pun dengan pemesanan buah naga merah yang terus meningkat. Hingga akhirnya pada 2010, Tgk Batee membuka lahan baru perkebunan buah naga merah di Samalanga, Bireuen dengan luas lahan sekitar 2,5 hetare dan menambah 2.500 meter lagi di Cot Cut, Kuta Baro, Aceh Besar.

Dari tiga lahan perkebunan buah naga merahnya per bulannya Tgk Batee bisa memanen sekitar 1 ton lebih buah naga merah. Dari penjualanan buah naga merah kepada penjual buah, pemilik supermarket di Aceh dan di dua kafenya itu,  kini bisnisnya itu sudah meraup laba kotor sekitar Rp250 juta hingga Rp300 juta/bulan.

“Kalau untuk menambah menu minuman orang saya sedang belajar bagaimana mengolah buah naga merah dipermentasi. Kini di lahan perkebunan saya ini juga saya menjual bibit buah naga merah kepada petani yang ada di Aceh,” pungkasnya.

Tanaman buah naga merah bisa dipanen sebulan sekali. Dalam setahun tanaman jenis kaptus yang cocok ditanam di tanah berpasir bisa dipanen delapan kali. Menurut Tgk Batee tanaman naga merah bisa berbuah atau menghasilkan buah naga merah hingga 20 tahun.

Selain menjuah buah naga merah, petani naga merah juga bisa memanfaatkan batang naga merah untuk bibit yang bisa dijual per batangnya Rp20 ribu atau yang distek (pencangkokan) Rp15 ribu/batang. Cukup Mengiurkan bukan? (saniah ls/inspirasiusaha)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *