Menunggu Kesembuhan Anaknya, Nurhayati Rela Cuci Piring di RSUZA

Kalimat kasih ibu sepanjang masa sepertinya menggambarkan perjuangan Nurhayati (30), dalam memperjuangkan  mengobati sang buah hatinya, Hafizatul Rahma (2) yang sejak 5 bulan terakhir mengalami masalah pada ususnya sehingga anaknya tidak bisa membuang kotoran lewat anusnya. Hafizatul pun menjalani operasi kolostomi (pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses).

Pada 4 April 2014 akan datang, balita berusia 2 tahun ini akan menjalani operasi yang kedua kalinya di Rumah Sakit Umum dr Zainal Abidin (RSUZA) di Banda Aceh.  Kini,  kondisi Hafizatul Rahma meski masih terlihat lemas, dari Nurhayati AcehNews.net mendapat kabar kalau kondisinya sudah mulai membaik.

Adalah Nurhayati, warga Desa Pante Rakyat, Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya. Ibu kandung Hafizatul ini rela bekerja sebagai pencuci piring, dan membantu menjual kue di kantin RSUZA agar tetap bisa bertahan hidup selama proses penyembuhan anaknya yang hampir seminggu dirawat di RSUZA. Bukan hanya itu, Nurhayati juga mengambil upah  mencuci pakaian dari sebahagian pasien yang ada di sana.

Terlihat dari raut wajahnya, Nurhayati mempunyai  beban berat yang harus dijalani. Beberapa kali tatapannya terlihat kosong ketika bercerita. Mulai dari biaya pengobatan Hafizatul hingga biaya hidup selama di Banda Aceh semua ia tanggung seorang diri.

Meski demikian, senyuman beberapa kali menghiasi wajahnya ketika melihat kesehatan Hafizatul yang mulai membaik, bahkan beberapa kali ruangan Serune I Kamar 5 di isi tawa buah hatinya. Rasa lelah dan beban pikiran diakuinya hilang saat  single parent (orang tua tunggal) ini melihat anak kesayangannya itu mulai bisa bercengkrama dan berceloteh.

“Saya memang lelah. Tetapi semua ini saya lakukakan untuk kesembuhan anak saya, Hafizatul. Kalau saya tidak bekerja, dari mana biaya untuk makan selama di Banda Aceh,” tuturnya kepada AcehNews.net, Senin malam (30/3/2015).

Sudah dua hari ini, Nurhayati kurang enak badan karena kurang istirahat. “Kalau tidak bekerja dari mana kami makan,” ucapnya lagi. Nurhayati bersama ibunya Fatimah menjaga dan menemani Hafizatul, saat menjalani perawatan medis di RSUZA.

Hafizatul mengalami masalah saluran pembuangan sejak 5 bulan terakhir. Awalnya, cerita Nurhayati, anak perempuannya ini sering nangis dan mengatakan kalau bagian perutnya sakit. Hari demi hari perut Hafizatul membesar, karena dia pikir kembung biasa, maka Hafizatul pun diobati secara tradisional.

Nurhayati adalah seorang buruh tani di Desa Pante Rakyat. Saat dia bekerja, Hafizatul tinggal berdua dengan neneknya. Sedangkan suami Nurhayati sudah pergi meninggalkan buruh tani ini sejak Hafizatul lahir. Jadilah dia tulang punggung keluarga, menghidupi anak dan ibunya.

“Mamak (nenek Hafizatul) melihat darah bercecer dari pusar anak saya. Dari pusar itulah usus keluar. Anak saya pingsan saat itu dan warga kampung berdatangan membantu. Saya selama ini berobat kampung karena tidak ada biaya, akhirnya warga mengumpulkan uang untuk biaya berobat anak saya di RSUD Teungku Peukan Abdya. Di rumah sakit inilah bocah malang ini pertama kali menjalani operasi dan setelah tiga bulan lamanya baru dibawa pulang ke rumah,” ceritanya sambil menyapu air matanya.

Operasi Hafiza yang kedua di lakukan di RSUZA Banda Aceh. Namun, ketika dalam perjalanan pulang ke Abdya, usus Hafiza kembali bocor. Ia pun melarikan anaknya ke RSUD Teungku Peukan Abdya dan kemudian mendapat surat rujukan ke RSUZA.

“Saya terharu, pihak RSUD Teungku Peukan memberikan sumbangan dana dan seorang perawat ikut mengantarkan kami hingga ke RSUZ. Perawat itulah yang membantu semua proses di rumah sakit hingga anak saya mendapat kamar,” katanya sambil menghapus kembali air matanya.

Ia mengakui selama menjalani proses perawatan di rumah sakit RSUZA, kondisi Hafizatul kian membaik. Anak kesayangannya ini sudah bisa membuang kotorannya melalui lubang anus. Nurhayati mengaku meski penat, namun dia merasa bersyukur karena masih ada orang-orang yang mau membantunya yang miskin ini. (zuhri)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *