Menteri Yohana Lirik Industri Pengolahan Ikan Kayu di Lampulo

BANDA ACEH – Dalam kunjungan kerjanya beberapa waktu lalu ke Kota Banda Aceh, 27 April 2015, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Yohana Susana Yembise terarik dengan industri pengolahan ikan kayu (keumamah) di Desa Lampulo, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh.

Yohana pada kesempatan itu ikut mencicipi masakan tradisional keumamah dan kemudian mengusulkan agar ketua kelompok usaha rumah tangga yang mengolah ikan tongkol menjadi ikan kayu ini, Fauziah, dapat mengajarkannya kepada kaum perempuan di Papua, daerah asal di mana Menteri PP dan PA RI ini berasala.

“Nanti saya akan koordinasikan supayua Ibu-Ibu dari kelompok industri pengolahan ikan kayu di sini bisa datang ke Papua, ajarkan Ibu-Ibu di sana bagaimana pembuatan ikan kayu. Atau sebaliknya saya akan datangkan Ibu-Ibu dari Papua datang ke sini untuk melihat langsung bagaimana pengolahan ikan kayu,” usul Yohana.

Pada kesempatan itu Ketua kelompok industri pengolahan ikan keumamah, Fauziah mengharapkan kepada Pemerintah RI agar dapat memberikan pelatihan-pelatihan khusus bagi pengusaha perempuan Aceh, dalam rangka menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

“Pelatihan khusus harus sering diberikan kepada pengusaha perempuan yang mengelola industri di Aceh sehingga mampu bersaing dengan pengusaha dari luar, apalagi MEA 2015 sudah didepan mata,” kata Fauzi.

Terkait hal itu, Menteri Yohana mengatakan, pembinaan khusus dan pelatihan, Kementerian PP dan PA sudah melakukannya. Sebutnya ada desa-desa di Indonesia yang sudah berhasil dan menjadi pilot project.

“Coba nanti usulkan proposal biar dipelajari bantuan apa-apa saja yang bisa kami bantu dan koordinasikan dengan kementerian lainnya. Saya tertarik juga akan mengusulkan ke Kementerian Agama agar ikan kayu olah ibu-ibu rumah tangga di sini bisa dibawa Calon Jamaah Haji Indonesia,” jawab Yohana memberi usulan.

Yohana juga mengusulkan agar Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh memanfaatkan dana CSR bank atau BUMN yang ada di Banda Aceh, 2 hingga 5 persen membantu industri rumah tangga yang monitori kaum perempuan di sini. Sebagaimana yang telah diterapkan di daerah Jawa dan sudah berhasil membantu pelaku usaha kecil dan menengah di sana.

“Coba dekati juga perbankan dan BUMN di sini untuk membantu. Mereka memiliki dana CSR 2 hingga 5 persen yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pelaku usaha rumah tangga di sini. Di Jawa sudah berhasil diterapkan,” usulnya.

Selain pelaku usaha home industri di Banda Aceh yang cuhat ke Menteri PP dan PA RI, Walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal juga menyampaikan permasalahan lain yang dihadapi pelaku usaha di kotanya yaitu masalah alat packing yang harganya mencapai sekitar ratusan juta rupiah.

“Jika Ibu berkenan, bantu juga pelaku usaha kami di sini dengan memberi bantuan alat packing. Alat packing ini sangat dibutuhkan Ibu-Ibu di sini, sehingga produk mereka bisa memiliki kemasan yang menarik dan mampu bersaing dengan produk luar,” kata Illiza.

Pada lawatan kerjanya, Menteri Yohana selain melihat kelompok Pos KDRT, meninjau industry pengolahan ikan kayu di Lampulo, Banda Aceh juga berkesempatan berkunjung ke home industri produk kuliner dan tekstil yang pelaku usahannya kaum perempuan. (agus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *