“Menganyam” Hobi Menjadi Pundi Rupiah

AcehNews.Net – “Sejak SMA sudah coba-coba membuat gelang dari tali kur, juga mengajari teman-teman lain kemudian meneruskan ke gantungan kunci tapi kemudian vakum” begitu pernyataan Okta setiap ditanya orang tentang usahanya yang baru bangkit di sosial media.

Hobi berdagang dan mencoba terus menjadi pengusaha membuat gadis berusia 22 tahun ini mengembangkan bisnisnya. Mahasiswi yang kuliah di Jurusan Komunikasi, Fisip Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh ini sudah setahun menjalankan usaha Macrame OVS. Macrame ini adalah nama yang disematkan pada usaha tas dari tali kur yang dianyam.

Okta dengan hobinya menganyam yang kini sudah menjadi usaha yang memberi kesempatan kerja kepada orang lain|Nita Juniarti

Okta dengan hobinya menganyam yang kini sudah menjadi usaha yang memberi kesempatan kerja kepada orang lain|Nita Juniarti

Adalah Okta Viona Sukma, perempuan kelahiran, Aceh Barat Daya, 8 oktober 1993 ini, bercerita awalnya dia mempunyai ide membuat tas dari tali kur ini ketika kuliah kerja nyata di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh pada 2014 lalu.

“Waktu Kuliah Kerja Nyata (KKN), semuanya diwajibkan ada kegiatan penunjang saat itu saya memikirkan untuk membuat sesuatu dari tali kur tapi setelah diajari anak-anak. Adik tempat saya tinggal meminta dibuatkan tas, ada banyak tali yang tersisa maka dicampurlah hingga menjadi sebuah tas,” cerita Okta (panggilan akrabnya) kepada AcehNews.Net, Ahad (13/9/2015) di sela-sela kesibukannya menganyam tas rajutan pesanan konsumennya di Banda Aceh.

Lanjutnya, ketika pulang ke Kota Banda Aceh setelah KKN Okta memulai usahanya dan dipesan oleh orang-orang terdekat. Lalu ketika melihat adanya peluang yang besar itu, Okta mulai menjajakan produk yang dibuatnya melalui media sosial baik Facebook, BlackBerry Messenger (BBM), dan atau instagram.

“Untungnya lumayan untuk jajan. Biasanya saya menjual berdasarkan berapa bungkus habis benang membuat serta jika ada pernak-perniknya, harganya berkisar Rp230 ribu dan seterusnya, lihat tingkat kesulitannya,” jelas okta lebih lanjut.

Saat ini, menganyam tali kur sedang booming  tapi Okta tidak patah arang ia terus berusaha membuat dan menjajakan produknya meskipun kendala kekurangan orang yang bekerja, saat ini ia hanya membuat usaha ini bersama adiknya. Jika pesanan sedang banyak maka sangat kerepotan.

“Intinya sabar, kalau tidak sabar ya susah, tangan sakit dan buatnya juga lama. Maka sekarang lagi fokus cari orang yang bisa bekerja sama dan sabar dengan orderan yang semakin meningkat. Setahun ini saja sudah terjual lebih kurang 60 tas dengan harga yang bervariasi. Lagi pula tas ini kuat dan tahan lama,” kata Okta berbagi tips.

Sejauh ini, pemasaran usahanya di wilayah Banda Aceh, Aceh Barat Daya, dan Subussalam, pengirimannya melalui saudara yang tidak memerlukan biaya besar. Okta juga sudah mempunyai reseler yang menawarkan produknya ke orang lain.

“Harapan ke depannya usaha ini bisa merekrut lebih banyak pekerja sehingga menjadi sebuah hobi yang menghasilkan uang ini bermamfaat sedikit mengurangi beban negara” harap Okta. (nita juniarti)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *