Kombatan GAM Harap Aceh Terus Aman dan Damai  

BANDA ACEH – Kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) wilayah Pase, Thaeb Loh Angen yang juga penulis buku “Aceh 2025” mengharapkan Aceh terus aman dan damai. Dan meminta media lokal maupun nasional agar dalam pemberitaan lebih mendinginkan suasana dan tidak menulis dengan jurnalisme perang.

“MoU Helsinki itu harga mati. Aceh harus terus aman dan damai. Jangan karena aksi kriminal yang dilakukan kelompok-kelompok bersenjata di Aceh terus dikaitkan-kaitkan dengan konflik masa lalu. Ini kan masalah kriminal bukan perlawanan dengan RI atau TNI, hal itu sudah berlalu dan Aceh sudah aman dan damai sebagaimana yang disepakati pada 15 Agustus 2005,” tegas Thaeb, Kamis (2/4/2015) di Banda Aceh saat diminta tanggapannya tentang masalah keamanan Aceh akhir-akhir ini yang telah menelan korban dua anggota TNI.

Mantan Redaktur Budaya di Harian Aceh ini  menambahkan, di daerah lain juga terjadi tindakan kriminal yang menggunakan senjata, jadi menurutnya kenapa hal ini dikaitkan dengan konflik Aceh masa lalu hanya lantaran Aceh dulunya pernah terjadi konflik.

“Sudahlah, Aceh sudah aman dan damai, serahkan semua ke polisi, biar pihak yang berwenang yang melakukan tindakan hukum, jangan kita mengkaitkan lagi dengan konflik masa lalu yang terjadi. MoU Helsinki itu sudah harga mati,” tegasnya lagi.

Hal yang sama juga diutarakan aktifis adat Aceh, Zulfazli Kaom di Banda Aceh yang mengatakan, apa yang terjadi belakangan ini, harus cerdas ditanggapi oleh masyarakat Aceh. Baik dari kalangan pengamat maupun pakar politik. Menurutnya,  jangan sampai kejadian yang terjadi saat ini akan membawa profokasi ke depan.

“Cari tahu dulu pelakunya siapa,  setelah terungkap baru kita memutuskan oh ini orangnya dan apa motifnya,” kata Zulfazli.

Dia sepakat dengan apa yang diucapkan kombatan GAM wilayah Pase, Thaeb Loh Angen, kalau melihat kasus kriminal di Indonesia ini, sudah menjadi satu hal yang biasa, seperti pembunuhan terhadap aparat keamanan, kejadian seperti ini kata Fazli,  bukan hanya di Aceh.

“Di Aceh, ini baru terjadi setelah 10 tahun perdamaian, dan  dua orang anggota TNI yang terbunuh. masyarakat Aceh maupun pemerintah kok bisa seheboh ini. kalau kita melihat di kota-kota besar kejadian seperti ini sudah biasa dan sering terjadi.”

Tambahnya, hal ini janganlah dikaitkan dengan hal politik, karena ini masih dalam konteks kriminal. Sebelum pelakunya ditemukan kata Fazli tidak bisa langsung menuduh, bahwa ada kelompok atau orang tertentu dibalik kejadian pembunuhan dua orang TNI ini. “Kita tidak bisa langsung berspekulasi bahwa kelompok ini yang membunuh, sebelum ada bukti yang jelas,” katanya lagi.

Fazli berharap rakyat Aceh mampu berfikir dengan kepala dingin, dan bagi aparat kepolisisan harus mampu meningkatkan keaman kembali dan media dimintanya agar mendinginkan suasana dengan pemberitaan. (saniah ls/zuhri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *