Gerakan Reformasi Dimulai dari UIN,
Inisiator Awal Damai Aceh, FARMIDIA Lakukan Konsolidasi

AcehNews.Net|BANDA ACEH – Front Aksi Reformasi Mahasiswa Islam Daerah Istimewa Aceh (FARMIDIA) merupakan lembaga yang paling awal menginisiasi lahirnya perdamaian di Aceh. Hal itu mengemuka melalui keterangan Nur Djuli, salah seorang juru runding GAM di Helsinki, ketika dihelatnya reuni dan silaturrahmi FARMIDIA di Fakultas Ushuluddin, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Sabtu kemarin (12/9/2015).

Menurut juru runding GAM ini, FARMIDIA bersama International Forum for Aceh (IFA) dan beberapa LSM HAM international membentuk Support Committee for Human Rights in Aceh (SCHRA) yang berkantor di Bangkok pada tahun 1999-2000.

Konferensi SCHRA di Bangkok berhasil menghadirkan Gubernur Daerah Istimewa Aceh waktu itu, Prof. Syamsuddin Mahmud untuk berdialog langsung dengan pimpinan GAM di luar negeri.

“Ini inisiatif paling awal untuk mendamaikan GAM dengan RI. FARMIDIA juga melaksanakan konferensi HAM internasional pertama di Banda Aceh dalam masa konflik waktu itu di tahun 2000,” tegas Nur Djuli.

Konsolidasi FARMIDIA Setelah 17 Tahun

Nasruddin, Sekjen FARMIDIA pada tahun 2000, menyatakan bahwa silaturrahmi dan reuni FARMIDIA merupakan bagian dari upaya bertemu kembali semua anggota buffer aksi yang cukup eksis pada awal-awal gerakan reformasi di Indonesia.

Mantan Wakil Bupati Aceh Timur tersebut menyebutkan apa yang sudah dilalui oleh FARMIDIA harus ditulis. Setiap kader bertanggung jawab untuk membuat semacam catatan kenangan, yang kelak akan dijadikan
buku.

“Tujuannya agar generasi selanjutnya tahu bahwa bagaiamana mahasiswa di era reformasi berjuang demi tegaknya marwah Aceh di mata nasional dan internasional,” sebut Nasruddin.

Hadir pada pertemuan ini puluhan aktifis FARMIDIA dari seluruh Aceh. “Turut hadir Fuad Mardhatillah, anggota Tim Asistensi Gubernur Aceh, Kautsar Muhammad Yus dan Iskandar Alfalaki, anggota DPRA dari Partai Aceh dan Baharuddin MA, Pembantu Dekan Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry,” jelas Syahrul Riza, Ketua Panitia Reuni dan Silaturrahmi.

Menurut Syahrul, kegiatan silaturahmi ini dilakukan setelah organisasi gerakan ini cukup lama vakum. “Mudah-mudahan FARMIDIA bisa sembuh dari mati suri di dunia gerakan,” tambah Syahrul.

Sementara Drs. Baihaqi, MA, dosen UIN Ar-Raniry yang menjadi penasehat FARMIDIA menyebutkan bahwa pada kondisi kekinian, forum mahasiswa harus mereposisi gerakan yang telah dibangun.“Intinya orang-orang ini tidak boleh hilang begitu saja. Sampai kapanpun bendera perjuangan harus tetap berkibar. Masa kini danmendatang tetap membutuhkan para pejuang. Karena masih banyak persoalan yang harus diselesaikan,” imbuhnya.

Gerakan Reformasi Dimulai dari IAIN Ar-Raniry

Syarifuddin Abe, mantan ketua Senat Mahasiswa Islam (SMI) pada tahun 1998 menyebutkan bahwa awal gerakan reformasi di Aceh bergerak dari IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN Ar-Raniry). Bersama timnya di SMI Syarifuddin menggalang agar terbentuknya organisasi buffer aksi seperti FARMIDIA, Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat (SMUR), FAIKADA, Ceasefire Watch dan sebagainya.

“Kami juga mencoba mengajak senat-senat mahasiswa lainnya untuk bergabung. Akhirnya terbentuklah sebuah organisasi seperti KARMA,” jelas Syarifuddin Abe, yang juga dosen di Fakultas Ushuluddin saat ini.

Menurut Syarifuddin, banyak tokoh-tokoh yang lahir dari gerakan di IAIN Ar-Raniry (sekarang UIN). Untuk itu diperlukan kerja keras untuk menyatukan para tokoh-tokoh gerakan ini agar dapat memikirkan kembali kondisi masa depan Aceh secara serius.

Dalam kegiatan ini, FARMIDIA juga melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk memikirkan format organisasi dan gerakan FARMIDIA di masa yang akan datang. Radhi Darmansyah, Sekjen FARMIDIA pada tahun 1998-2000 ditunjuk sebagai Koordinator untuk memimpin reformulasi organisasi FARMIDIA ini. (saniah ls/rilis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *