Iftar ala Orang Turki Bisa Dirasakan di Banda Aceh Saat Ramadhan

AcehNews.net –  Iftar atau berbuka puasa bersama orang Turki di Banda Aceh adalah menjadi  hal yang dinanti-nantikan oleh saya. Karena saya ingin mengetahui bagaimana cara bangsa Timur Tengah ini memuliakan para tamunya disaat berbuka puasa bersama digelar di kediaman mereka. Dan saya merasakannya tidak di Turki melainkan di Banda Aceh, Kota Madani yang Islami.

Saya datang lebih awal memenuhi undangan iftar. Terlihat oleh saya, gelas dan sendok tertata rapi di atas meja lengkap dengan tissuenya. Meski saat itu menu berbuka belum dihidangkan. Tidak lama kemudian, perempuan-perempuan Turki, mulai menghidangkan beberapa sajian menu untuk berbuka.

Awalnya yang dikeluarkan adalah maglube, sajian nasi khas bangsa Turki (sekilas mirip nasi bryani India). Nasi yang rasanya seperti nasi gurih, lembut, lemak, dan harum, disajikan dengan lauk daging ayam renyah. Ada juga kentang rebus yang sudah dipotong dan sayur mayur lainnya yang semua dimasak dengan cara tradisional Turki.

Maglube, nasi Turki.|Nita Juniarti

Maglube, nasi Turki.|Nita Juniarti

Maglube adalah nasi bagi orang Turki. Cara membuatnya, beras yang sudah dicuci bersih kemudian dimasukan sedikit minyak makan ke dalamnya dan diaduk merata dan kemudian ditanak seperti memasak nasi biasa.

Setelah dimasak, maglube disajikan di acara-acara resmi orang Turki dengan tiga tingkat. Bagian bawah nasi, kemudian di atasnya diletakan lauk pauk (daging ayam dan sayur mayur), dan setelah itu di tingkat ketiga diletakan nasi kembali.

Pada hari itu, di jamuan resmi ini, maglube dihidangkan dalam piring kaca kepada para tamu (tidak dimakan bersama-sama dalam satu wadah). Jika hanya jamuan sederhana, maglube biasanya disediakan dalam wadah yang ukuran besar dan kemudian dimakan bersama-sama.

Suara sirine berbunyi, bertanda berbuka puasa tiba. Semua tamu yang hadir dipersilakan makan oleh tuan rumah. Setelah makan, adzan Magrib berkumandang. Semua tamu berwudhuk dan melaksanakan shalat Magrib berjamaah.

Usai shalat, para tamu di bawa lagi ke ruang makan. Orang-orang Turki menyediakan kue ringan, kali ini yang dihidangkan adalah sunlaç, kue beras yang dibakar rasanya sangat manis.  Sama seperti adee (bika Aceh) yang juga dibakar, tetapi sunlac tidak padat dan agak lembut teksturnya.

Sunlac, kue tradisional Turki yang terbuat dari beras.|Nita Juniarti

Sunlac, kue tradisional Turki yang terbuat dari beras.|Nita Juniarti

Suclac terbuat dari bahan; beras, susu, tepung maizena, gula, dan mentega. Semua bahan-bahan tadi dimasukan ke dalam panci, diaduk sampai mendidih. Lalu masukan ke loyang untuk kemudian dibakar di dalam open kue selama 10 menit. Setelah itu baru didinginkan dan disajikan.

Saya mengambil sepotong sunlac dan meletakan di atas piring. Kemudian mencicipinya, teksturnya lembut, terasa seperti beras bakar dan rasanya pun sangat manis.

Kemudian, kami (para tamu) disajikan teh Turki, yang dituangkan di cangkir dan diletakan di atas meja. Teh Turki masih ada daunnya, biasanya hanya memakai sedikit gula sehingga rasanya sangat pahit dan hambar. Jadi pas banget, saat saya memakan sunlac yang rasanya sangat manis, kemudian saya meminum teh yang tidak manis, tetapi pahit dan hambar.

Setelah awalnya iftar dengan makan nasi tradisional Turki, muglube,  kemudian shalat Magrib berjamaah, menikmati sunlac dengan teh hangat yang rasanya tidak manis, kemudian kami para tamu sohbet. Sohbet  dalam bahasa Indonesia artinya mengobrol atau diskusi. Yang diobrolkan  tentang Islam misalnya tuntunan bagi perempuan yang dikutip dari buku Said Nursi, ulama Turki pada masa Kemal Pasha Attartuk.

Setelah sohbet dan menghabiskan kue ringan dan ngeteh.  Kami, para tamu, disajikan buah segar,  semangka, nenas, mangga atau buah lainnya sebagai makanan penutup atau terkadang juga puding jika buah tidak ada. Inilah iftar, buka puasa bareng ala Turki. (nita juniarti)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *