CIQS dan BPPD Melihat Potensi Peternakan di Kondo, Perbatasan Pesisir RI-PNG

MERAUKE | AcehNews.net – Unsur Customs, Immigration and Quarantine (CIQ) terdiri dari Bea Cukai, Imigrasi, Karantina Pertanian Merauke dan SKIPM Merauke bersama Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Merauke serta Satgas Pamtas Yonif 125/Simbisa melakukan patroli bersama di Kampung Kondo, Distrik Naukenjerai, perbatasan pesisir Republik Indonesia (RI) dan Papua New Guinea (PNG), Kamis (3/9/2020) lalu.

Kepala Karantina Pertanian Merauke, Sudirman, SP menuturkan, Kondo menjadi lintas batas laut pesisir selatan perbatasan langsung antara RI-PNG sehingga perlu dilihat potensi pengembangan ekonominya. Sejalan dengan itu, CIQS dan BPPD Merauke terus bergerak melihat kawasan Selatan Papua yang berbatasan dengan negara tetangga baik dari segi pelintas batas (manusia), barang dan ekonomi masyarakat. Sekaligus mengamati jalur-jalur illegal yang dilalui pelintas batas negara.

“Kami melihat di Kondo ada pos imigrasi dan lintas sektor menginformasikan dimasa pandemi ini tidak ada pelintas batas secara ilegal. Kemungkinan perdagangan ke arah perairan Torasi,” ungkap pria berdarah Jawa Barat ini kepada AcehNews.net di ruang kerjanya, Selasa (8/9/2020).

Dia mengakui, sarana prasarana di Kampung Kondo masih perlu perhatian pemerintah dan secara kewilayahannya sangat jauh. Adapun mata pencaharian masyarakat Kondo, berkebun secara tradisional. Pemukiman masyarakat sudah ditata rapi oleh pemerintah. Tinggal mengelola kekayaan alam yang ada berupa hutan dan savana.

“Terlihat potensi pertanian cukup bagus terutama sektor peternakan karena kawasan di Kondo cukup luas dan hampran padang rumput savana. Kalau difungsikan secara komersil itu pengembangan peternakan seperti sapi itu sangat luarbiasa,” lugasnya.

Saat melakukan patroli, rombongan diberi informasi bahwa Kampung Kondo diyakini masyarakat menjadi tanah yang sakral. Pemilik ulayat pun mengakui kawasan tersebut tidak bisa diolah atau dibuka keterisolasiannya secara besar-besaran. Terbukti untuk sampai di Kampung Kondo, rombongan harus melalui medan yang menantang karena akses jalan harus menyeberang sungai dan rawa hingga kubangan.

Sambung Sudirman, ratusan hektar hamparan savana hanya menjadi lahan kosong. Pada saat musim hujan kawasan itu menjadi danau. Jika bisa disentuh teknologi maka sangat cocok dimanfaatkan untuk sektor peternakan yang mendongkrak pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.

“Kalau bisa dibuat kanal di kiri-kanan. Jadi jalur ke Kondo ada jembatan, ditengah-tengah kawasan peternakannya baru masuk ke wilayah Kondo sehingga masyarakat asli perbatasan di wilayah ini ekonominya bisa terangkat. Kami sudah beri masukan kepada badan perbatasan daerah Merauke agar di kawasan area pesisir Naukenjerai dan Kondo ekonominya bisa berkembang,” tandas Sudirman. (Hidayatillah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *