Cegah Banjir, Warga Tamiang Tebang Sawit Illegal

KUALA SIMPANG – Warga Aceh Tamiang saat ini gencar-gencarnya  menebangi pepohonan sawit illegal yang berada di kawasan hutan lindung milik negara di Kecamatan Tenggulun,  Kabupaten Aceh Tamiang. Aksi yang dilakukan warga adalah upaya untuk mencegah banjir tahunan dan banjir bandang yang kerap melanda wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Menurut salah seorang staf Forum Konservasi Lauser Rudi Putra, saat ini ada sekitar 5.000 hektare hutan di Aceh Tamiang yang beralih fungsi menjadi perkebunan sawit . Sekitar 3.000 hektare diantaranya sudah ditangani Pemerintah sedangkan 2.e000 hektare lagi masih dalam proses penyelesaian.  Upaya penebangan sawit illegal di kawasan hutan lindung sudah mendapat persetujuan dari Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang , melalui SK Bupati tentang Restorasi Hutan di Aceh Tamiang.

“Ada 26 pemilik perkebunan di areal 5.e000 hektare hutan lindung tersebut, yang terdiri atas perusahaan dan perorangan , 24 pemilik sudah menyerahkan lahannya untuk ditebangi sedangkan dua lagi masih dalam proses,” ungkap Rudi, Selasa (31/3/2015),  saat melihat proses penebangan sawit beberapa waktu lalu, yang dilakukan warga.

Rudi menambahkan banyak kendala dalam melakukan upaya penebangan sawit, diantaranya medan yang berat dan faktor dana. Dibutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 tahun untuk proses penebangan tersebut. Setelah ditebang  hutan tersebut akan dilakukan penanaman kembali dengan pepohonan yang tidak merusak ekosistem atau membiarkan lahan menjadi hutan seperti semula.

“Seperti diketahui tanaman sawit adalah tanaman yang tidak bisa menahan air, sehingga jika hujan turun tidak mampu mencegah banjir,” jelasnya.

Sembiring, salah seorang pemilik lahan  kebun sawit di Kecamatan Tenggulun mengaku pasrah saat melihat aksi penebangan berlangsung. “Ada tujuh kepala keluarga bergantung hidup dari 82 hektare kebun sawit yang kami kelola di kawasan ini, seandainya harus ditebang kami berharap kepada pemerintah daerah agar memberikan solusi seperti tanaman pengganti sawit untuk kami kelola demi menghidupi keluarga, “ demikian ungkap Sembiring saat disela-sela aktivitas penebangan.

Berdasarkan sejarah yang terjadi di Aceh Tamiang, banjir tahunan kerap terjadi dan yang lebih mengkhawatirkan adalah banjir bandang yang selalu terjadi dalam kurun waktu10 tahun sekali . Rentetan sejarah kejadian banjir bandang sempat menenggelamkan sebagian wilayah Aceh Tamiang  yang pernah terjadi pada1976, 1986, 1996 , dan yang  terakhir  2006. Saat ini warga Aceh Tamiang hanya mampu berdoa agar banjir bandang tidak terulang lagi. (vio)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *