BNN Masih Mengejar Warga Malaysia Pemilik Sabu 77,35 Kg

IDI – Badan Narkotika Nasional (BNN) pusat masih mengejar bos besar warga Malaysia pemilik sabu 77,35 kilogram yang berhasil di sita pada Minggu (15/2/2015) di Desa Alue Bu Jalan, Kecamatan Perlak Barat, Kabupaten Aceh Timur.

Dalam sergapan yang dilakukan BNN pusat berhasil menangkap lima tersangka Dullah alias Abdullah (37), Hamdani (38), Hasan (36), Usman alias Rauf (43), Samsul Bahri alias Kombet (37), sedangkan M (40) masih dalam pengejaran dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) pihak yang berwajib.

Dari tangan tersangka petugas berhasil menyita 77,35 Kg sabu dan empat pucuk senjata laras panjang dan FN dengan beberapa peluru yang masih aktif. Saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan dari mana asal senjata yang biasa digunakan untuk perang tersebut.

“Usman alias Rauf yang sempat kabur saat penangkapan,  Senin, 16 Februari 2015 sekira pukul 00.25 WIB, berhasil di ciduk di kawasan Desa Meudang Hara, kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang,” papar Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional (BNN) pusat,  Irjen. Pol. Drs. Deddy Fauzi Elhakim MH pada konferensi pers yang gelar, Selasa sore (17/2/2015) di  Markas Kompi (Mako) Brimob Subden 2 Kompi B Pelopor Aramiah, Aceh Timur.

Turut hadir dalam konferensi pers tersebut Kepala BNN Provinsi Aceh, Kombes. Pol. Drs. Armen Syah Thay Kepala Humas BNN pusat Kombes. Pol. Slamet Pribadi, Kapolres Aceh Timur AKBP. Hendri Budiman SH, S.Ik, MH, dan Danki Brimob Detasmen B Aramiah ,AKP. Wahyudi,SH.

Irjen. Pol. Drs. Deddy Fauzi Elhakim MH menceritakan kronologis penangkapan berawal tersangka Hasan yang menjemput 77,33 Kg sabu di tengah laut Selat Malaka dari kapal nelayan milik Malaysia  yang masuk ke perairan Aceh. Pengiriman sabu tersebut di koordinir R warga Aceh yang tinggal di Malaysia.

“Saat ini R masih dalam pengejaran. Penangkapan ini terbesar di awal 2015 di Aceh, hasil pengintaian selama 18 bulan oleh pihak BNN. Aceh memiliki banyak pelabuhan “tikus” (kecil) yang dijadikan  pintu gerbang masuknya narkoba dari luar negeri. Untuk itu kami, BNN terus memantau seluruh pelabuhan kecil di Aceh,” katanya lagi.

Semua sabu di pasok dari Malaysia yang masuk dari pelabuhan-pelabuhan kecil yang ada di Aceh. Dari hasil pengembangan lima tersangka yang ditangkap BNN mengetahui kalau Dullah distributor dan penyandang dana, sedangkan Hamdani dan R memasukkan dengan boat nelayan Malaysia, sedangkan Hasan menjemput dari tengah laut dengan mengunakan boat kecil.

“Ada beberapa tersangka lagi yang masih kami kejar, diantaranya R, warga Malaysia dan M pemilik mobil. R dan Hasan merupakan orangnya Dullah di Malaysia. Mereka sindikat internasional, mengirim sabu melalui pelabuhan-pelabuhan kecil yang ada di Aceh karena menjadi tempat yang strategis, “ jelas Irjen Deddy.

Sebut Deddy, Indonesia memiliki 17 pelabuhan udara dan 39 pelabuhan laut yang legal bisa diterobos oleh sindikat narkoba internasional. Deddy berharap kepolisian dan BNN, serta semua pihak termasuk masyarakat, bersama-sama melakukan pengawasan ketat.

“Sebagian tersangka demi keamanan akan di terbangkan ke Jakarta, terkait dengan kepemilikan senjata api akan di proses di Aceh, tiga senjata FN diduga dari Malaysia itu buatan China dan Jerman,” tutupnya.

Dari hasil penyelidikan, di Aceh tidak dijumpai pabrik sabu tetapi di Aceh terdapat laboratorium untuk mengolah sabu-sabu yang dipasok dari luar Aceh seperti Malaysia. Sabu-sabu itu diduga diolah menjadi pil dan menjadikan sabu sebagai bahan baku.

Sementara dari pengangkuan tersangka yang berhasil ditangkap BNN, hasil penjualan sabu dilakukan pencucian uang dengan membeli empat unit mobil tiga alat berat, 313 hektare tanah, 333 hektare kebun karet, puluhan alat berat, dam truck, serta aset lainnya. (vio)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *