Bermodal Rp300 Ribu, Irvan Geluti Bisnis Rumput Laut

AcehNews.net – Awalnya Irvan, pemuda berumur 19 tahun ini, mencoba menggeluti bisnis kerambah di perairan di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar dengan modal Rp300 ribu. Siapa sangka kini bisnisnya itu telah menghasilkan dan membuka lapangan pekerjaan baru bagi alumnus Sekolah Perikanan dan Kelautan Malahayati, Krueng Raya dan warga sekitar.

Irvan adalah alumnus Sekolah Perikanan dan Kelautan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar, jurusan Budidaya Ikan. Dengan keilmuan yang dia miliki, pria muda ini mencoba mencari peruntungan dengan budidaya rumput laut di keramba ikan miliknya.

Bibit ruput laut ini dibeli dan dipesannya dari Bogor dan Bali, karena  menurut Irvan bibit rumput laut kualitasnya lebih bagus dari dua kota tersebut. Selain itu harganya juga murah, ongkos pengirimannya agak mahal karena jarak yang jauh.

“Di sana harga rumput laut untuk bibit hanya Rp7.000 hingga Rp10 ribu per Kilogram. Namun ongkos pengiriman mahal karena jarak Pulo Aceh – Bali dan Bogor sangat jauh,” ujar Irvan.

Dengan modal Rp300 ribu Irvan membeli bibit rumput laut. Kata Irvan bibit rumput laut ada banyak jenisnya, ada yang berwarna putih dan ada pula yang warnanya hijau. Rumput laut berwarna hijau katanya lagi, jika sudah dikeringkan akan menjadi warna putih.

Bersama AcehNews.net disela-sela kesibukannya, pemuda kelahiran Pulo Aceh, 10 Mei 1997 silam ini, mulai bercerita tentang bisnis yang bisa menginspirasi bagi banyak orang. Cerita dia, awalnya di keramba kayu miliknya ini, Irvan melakukan pembibitan ikan baik jenis ikan geupuk, hiu, maupun kuda laut.

Sekitar 2012, dia menerima bantuan dari pemerintah yaitu sekitar 50 meter lahan untuk budidaya rumput laut yang lengkap dengan jaring pembatas keramba, dia pun mulai fokus ke usaha yang memiliki peluang  menjanjikan ini.

Saat ini di kerambah miliknya ini, Irvan sudah mempekerjakan empat orang alumnus Sekolah Perikanan dan Kelautan Malahayati Krueng Raya, Aceh Besar. Mereka bekerja mengurusi tambak rumput laut miliknya, dari pembibitan hingga panen dan siap untuk dijual.

Irvan mengatakan, budidaya rumput laut, menyita waktu banyak. Karena setiap 25 hari, kerambah  miliknya ini panen bibit rumput laut. Kemudian usia 44 hari, kerambah miliknya  panen rumput laut yang siap untuk dijual ke konsumen konsumsi.

“Supaya kualitas rumput laut untuk dijual hasilnya gemuk dan besar bibitnya hanya perlu dicelupkan lebih banyak ke dalam air laut. Namun yang untuk bibit lebih sedikit airnya dan juga jika telat dipanen bibitnya terlalu tua,” jelas Irvan berbagi pengalaman.

Untuk kerambah, Irvan mengatakan, antara keramba bibit dan bukan bibit dilakukan penyemaian yang berbeda. Karena cara budidayanya yang berbeda dan kuantitas air lautnya juga berbeda.

Membibit rumput laut Irvan menyebutkan ada dua tipe yaitu tipe raket dan longlen. Tipe raket jelas Irvan, membutuhkan biaya sekitar Rp10 juta hanya dibatasi tali dan jaring saja untuk pembibitannya. Sedangkan longlen membutuhkan Rp50 juta untuk 50 hektare lengkap dengan rakitnya dan jaring.

“Mengembangkan pembibitan tipe raket, jika ada ikan dari laut yang ingin memakan rumput laut itu terlindungi karena ada jaringnya, sedangkan longlen tidak terlindungi namun karena letaknya lebih tinggi ketimbang raket. Tipe longlen lebih bagus bibitnya dari pada tipe rakit kekurangannya jika ada ikan yang datang dan tidak dijaga akan memakan bibit tersebut,” jelas Irvan kekurangan dan kelebihan jika melakukan kedua tipe pembibitan rumput laut tersebut.

Saat ini dengan keilmuan yang dimilikinya, Irvan dengan modal terbatas melakukan pengembangan usahanya dengan cara pembibitan raket yang sederhana.

Sementara itu, untuk rumput laut dikonsumsi, Irvan mengatakan, jangan kaget jika hasil panen pertama yang menggunakan bibit rumput laut dari Bogor dan Bali, batang rumput laut terlihat kecil atau kurus. Menurut Irvan karena bibit masih menyesuaikan dengan kodisi air laut yang baru.

“Panen pertama kurus namun panen kedua rumput laut baru gemuk batangnya,” ujar Irvan.

Irvan menjual rumput laut basah Rp60 ribu/Kg dan kering Rp10 ribu per plastik atau ukuran 500 gram. Harga sekilo rumput laut kering sekitar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Sebulan kata dia, bisa menghasilkan omset Rp1juta hingga Rp6 juta.

“Lebih mahal itu rumput laut kering dari pada yang basah mengalami proses pencucian dan pengeringan/penjemuran, 1 ons yang kering sama dengan 1 kilo yang basah,” katanya lagi.

Pemasaran rumput laut di Aceh masih menjangkau konsumen di pasar tradisional untuk pengolahan minuman dan makanan. Kedepannya Irvan mengatakan, akan mengembangkan budidaya rumput lautnya sehingga hasil panen lebih banyak dan bisa menjangkau pasar nasional. (nita juniarti)

      Leave a Reply to Redaksi Cancel reply

      Your email address will not be published. Required fields are marked *