SINABANG | AcehNews.Net – Lelaki berusia 45 tahun, mengenakan kaos garis-garis itu, berdiri di depan jendela rumah yang telah menjadi arang akibat kebakaran pada pagi kemarin itu. Sesekali, mata penjual daging itu, menatap ke atas atap, dan sesekali pula matanya menatap ke dalam rumah permanen berdinding papan yang perabotannya telah ikut hangus terbakar.
Pria yang menatap rumah ludes dilalap ‘si jago merah’ bernama Alfian alias Dogol. Salah satu warga korban kebakaran. Ayah empat orang anak ini begitu tabah, pasrah, dan ikhlas. ‘Istana kecil’ yang dibangunnya dengan jerih payah sebagai pedagang daging telah menjadi arang. Kebakaran itu terjadi pada Selasa pagi (31/7/2018), saat matahari beranjak dari rebahannya.
Dogol bersama puluhan warga lainnya, di lokasi kebakaran. Tenda darurat di sediakan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Simeulue telah berdiri sejak kemarin. Terlihat sebagian perempuan dewasa sibuk memasak di dapur umum, sebagian lagi duduk di atas bangku panjang yang disediakan.
Anak-anak berdiri dibagian depan rumah mereka yang bergaris Police Line. Mereka membisu, melihat sekelilingnya dan kemudian beranjak pergi.
“Waktu kejadian, rumah kami tak berpenghuni. Saya sedang berjualan dan istri mengantarkan si bungsu bersekolah. Juga ketiga anak saya sedang bersekolah. Menurut tetangga kejadiannya pada pukul 8.15 WIB,” cerita Dogol.
Kejadian kebakaran beberapa hari lalu, Selasa (31/7/2018). Tak ada korban jiwa dalam kejadiam itu, tetapi harta benda yang ada di dalam rumah ikut hangus terbakar.
“Baeng singa tantarin, sao hae bakdo singa malakek ek badan singa nga ( tidak ada yang tertinggal, hanya baju di badan yang tersisa,” ceritanya lagi, mata Dogol mulai ‘berkaca-kaca’.
Ada sekitar 15 menit, dia bercerita, meluahkan apa yang dirasa saat ini. “Akduon mangapo, soere molo ngang kehendak Allah (tak mengapa, ini sudah jadi kehendak Allah),” ujarnya beranjak pergi.
Rumah berkontruksi kayu permanen itu, panjangnya sekitar 10 meter dan lebar 6 meter telah di-police line. Alfian bersama istri dan keempat anaknya tinggal di dalam tenda warna orange yang telah disediakan oleh BPBD. Alfian berharap, kiranya pemerintah Kabupaten Simeulue, akan membangun rumahnya yang sudah tiada lagi itu. (Jenedi Rahman)