Anak Autis di Aceh Minta Diperlakukan Sama Sebagai Warga Negara

BANDA ACEH – Belasan anak-anak autis (kelainan perkembangan sistem saraf) dari lembaga My Hope, Kamis (2/4) mengkampanyekan kepada masyarakat bahwa penderita gangguan sejak lahir itu bukan hal yang memalukan dan meminta perhatian dari Pemerintah Aceh khususnya untuk  memperlakukan mereka (penderita autis di Aceh) sama seperti rakyat Aceh yang normal lainnya.

Belasan anak autis yang didampingi orang tuanya masing-masing menggelar aksi di bundaran Simpang Lima, Banda Aceh, Kamis (2/4/2014). Aksi damai ini dalam rangka memperingati Hari Autisme se-Dunia yang jatuh pada  2 April.

Dalam aksi yang berjalan tertib itu mereka membawa poster serta spanduk bertuliskan ajakan dukungan terhadap mereka yang mengalami gangguan fungsi otak sejak lahir, dan dua bocah yang menderita autis membaca puisi dan menghafal ayat suci Al-Quran.

“Aksi ini kita lakukan untuk mengkampanyekan kepada masyarakat, supaya peduli terhadap autis,” kata Psikolog di May Hope, Nuzulia Djafar, di sela-sela aksi tersebut.

Menurutnya, selama ini masih banyak masyarakat  memandang si penderita autis tersebut hanya bisa berdiam di rumahnya. Karena dianggap penderita gangguan itu sangat memalukan.  “Padahal mereka sangat membutuhkan kasih sayang dari banyak orang. Karena yang mereka derita itu bukanlah sebuah menyakit, tapi hanya bawaan sejak lahir,” jelas Nuzulia.

Nuzulia meminta Pemerintah Aceh memperhatikan serta peduli terhadap masyarakat dan anak Aceh yang mengindap autis, yaitu dengan cara membuat sebuah lembaga autis center. Anak-anak yang mengalami gangguan autis di lembaga My hope di Banda Aceh itu sekitar 30 orang, berusia mulai 2-12 tahun. (agus)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *