Aktifis Kemanusiaan Bersama Sahabat Laut Bersihkan Pantai

JANTHO | AcehNews.net – Seorang aktifis kemanusiaan, Arabiyani bersama Sahabat Laut (SaLut) selama 3 hari membersihkan sampah di sepanjang bibir pantai Pulau Nasi, Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar, dari 22 hingga 24 Desember 2017.

Kata perempuan yang pernah berjuang bersama rekan-rekannya menyuarakan Referendum untuk Aceh pada 1999 di Jakarta ini, Pulau Nasi merupakan salah satu gugusan terbesar di Kecamatan Pulau Aceh, Kabupaten Aceh Besar yang dikenal mememiliki pantai yang indah dengan warna pasir putih dan warna air lautnya biru toska.

“Jumlah peserta 22 orang. Berasal dari Aceh dan Jakarta. Kami menggunakan boat dari pelabuhan Ulee Lheu, Banda Aceh langsung ke Lamteng, Pulau Nasi. Menginap di rumah warga yang bernama Feri. Feri memberi tumpangan kepada kami untuk menginap di rumanya,” kata ibu rumah tangga ini kepada AcenNewslnet, Senin sore (25/12/2017) di Banda Aceh.

Kegiatan serupa, membersihkan sampah di bibir pantai sudah pernah dilakukan pada 2016 lalu. Data yang ditemukan dari sampah-sampah yang dikumpulkan sebanyak 10 karung besar itu, kata Iyak (panggilan akrab Arabiyani), sungguh mengejutkan.

“Sampah di Pulau Nasi ini tidak hanya berasal dari lokal, tetapi juga datang dari negara lain. India, Maldives, Thailand, Singapur, Malaysia, Cina, Srilanka, dan Myanmar. Kemasan yang berhasil dikumpulkan menunjukkan informasi tersebut di atas,” sebutnya.

Jelasnya, tahun ini dia bersama SaLut mengulang kembali, memulung sampah dilokasi yang sama, pantai Dedap. Kali ini terkumpul sekitar 500 Kg sampah. Terdiri dari botol kemasan minuman dari dalam dan luar negeri, botol kaca, wadah perawatan pribadi, sterofoam, alat menangkap ikan, perlengkapan pribadi, dan banyak jenis sampah lainnya.

Bagi Arabiyani pribadi, memulung sampah bukanlah hal baru. Bersama Gank Lampuuk, 10 tahun lalu, istri anggota DPRA ini sudah memulainya di seputaran Lampuuk. Menurutnya, sampah terbesar adalah kemasan plastik dan pampers anak-anak yang sengaja dibuang tidak pada tempatnya. Untuk itu dia bersama Sahabat Laut terus mensosialisasikan masyarakat agar menjaga lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya.

Sementara itu salah seorang Relawan SaLut, Irma Suryani, menambahkan, dari berbagai komunitas jarang dilihat kegiatan audit sampah makanya mereka hari ini, dari berbagai voluntir yang peduli terhadap lingkungan bertekat untuk mencoba melakukan kegiatan ini dengan iklas dan tujuan mendapatkan data yg akurat guna dijadikan jurnal.

“Audit sampah yang dilakukan berupa pendataan sampah seperti sampah produk luar negeri, ukuran, merek, dan jumlah. Tidak hanya produk luar negeri yang di audit, melainkan produk lokal yang tidak kalah banyak ditemukan di bibir pantai yang terbawa arus gelombang laut,” jelas Irma.

Seorang warga Pulau Aceh, Feri mengatakan, kegiatan ini peugleh pasie (bersihkan pantai) sudah diketahuinya semenjak tahun lalu. Baginya sangat senang bisa bergabung dan ikut bersama-sama pencita lingkungan ini membersihkan pantai.

“Senang bisa ikut bersama mereka dan awalnya saya dari tidak tahu tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar, sekarang saya menjadi tahu bahwa efek sampah itu masalah besar, tidak saja untuk manusia, tetapi juga untuk makhluk hidup lainnya di laut,” demikian ujarnya.

Sebanyak 500 Kg sampah yang terkumpul dan setelah didata kemudian dijual ke penadah sampah di pulau tersebut. Hasil dari penjualanan sampah kemudian disumbangkan ke meunasah setempat. (saniah ls)b

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *