Aceh Butuh Bioskop untuk Mengembangkan Film Daerah

AcehNews.net|BANDA ACEH – Ketua Ikatan Sarjana Komunikasi (ISKI) Pusat, Yuliandre Darwis mengatakan,  untuk memajukan dunia perfilman di Aceh, bioskop adalah satu wadah atau tempat bagaimana suatu komunitas dan pecinta film bisa menikmati hasil karya perfilman di Aceh.

“Kalau wadah itu tidak ada bagaimana berkreatifitas dan menyampaikan gagasan-gagasan yang lebih inovatif,” terangnya, usai memberikan materi pada Seminar Nasional membahas Peran Media Terhadap Pembangunan Aceh.

Disamping itu acara yang mengusung tema Film dan Musik Lokal Aceh Mau Dibawa ke Mana ini, turut hadir seniman musik Aceh, Rafly Kande, dan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, A. Rani Usman, yang juga pembicara pada Seminar Nasional dan pelantikan pengurus baru Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) Aceh periode 2015-2019.

Sebagai seniman musik Rafly Kande mengutarakan, musisi Aceh  harus mengedepankan cita rasanya terhadap musik tradisional. Menurutnya, musik Aceh mempunyai ciri khas yang sangat energik dan banyak digemari oleh orang luar.

“Keabsahan musik Aceh itu harus kita ke depankan agar musik Aceh ini bisa lebih maju lagi,”kata Rafly.

Dikatakan Rafly, di Indonesia tidak ada musik yang energik dan se power musik Aceh. “Secara melodi dan syair musik Aceh jauh lebih menang, jadi cita rasa melodi Aceh itu harus dipertahankan,” katanya lagi.

Alat musik tradisional seperti Rapa’i dan sejenisnya itu adalah sebagai alat, ia mencontohkan seperti grup Kande bagaimana ia mencoba mengkombinasikan ruh musik tradisional dengan modern. Hal itu dilakukan Rafly sebagai bentuk upayanya dalam membangun cita rasa khas musik Aceh.

“Ciri khas keetnikan Aceh tetap harus dijaga. Selain syair dan melodi, bahasa Aceh mempunyai makna yang sangat tinggi dan mendalam,”tuturnya.

Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, A. Rani Usman, turut mengutarakan, untuk memajukan musik dan film Aceh. Menurutnya, Aceh harus mempunyai konsistensi dan jati diri karena di Aceh sangat banyak anak muda dan seniman yang penuh kreatifitas.

Dalam sebuah karya, kata A. Rani Usman, harus terdapat nilai-nilai dan ciri khas budaya Aceh, seperti pantun, hikayat serta kebiasaan orang Aceh sendiri, musik dan film adalah gambaran realitas yang terjadi di tengah lingkungan masyarakat.

Namun, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry ini berharap, agar para seniman Aceh harus berani berekspansi agar bisa lebih berkembang. Ia juga menghimbau supaya seniman dan pemuda Aceh untuk terus berkreatifitas dalam berkarya.

“Pemerintah juga harus mendukung kreatifitas seniman yang ada di Aceh, baik dari segi motifasi maupun materil, karena daerah kita sangat banyak potensi yang belum tergali,” demikian imbuhnya. (zuhri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *